Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Rat 4:1-12
Full Life: Rat 4:1-12 - PUDAR EMAS ITU!
Nas : Rat 4:1-12
Yeremia membandingkan kemuliaan Yerusalem sebelum pengepungan dengan
kerusakan sekarang bangsa itu yang terjadi karena akibat huku...
Nas : Rat 4:1-12
Yeremia membandingkan kemuliaan Yerusalem sebelum pengepungan dengan kerusakan sekarang bangsa itu yang terjadi karena akibat hukuman Allah.
Jerusalem -> Rat 4:1-22
Jerusalem: Rat 4:1-22 - -- Ratapan yang keempat ini agak serupa dengan yang kedua. Terlebih dahulu dalam dua bagian yang sejalan dikatakan tentang keadaan malang Yerusalem, Rat ...
Ratapan yang keempat ini agak serupa dengan yang kedua. Terlebih dahulu dalam dua bagian yang sejalan dikatakan tentang keadaan malang Yerusalem, Rat 4:1-6,7-12; lalu dijelaskan sebab-musababnya: yang paling bersalin ialah para nabi gadungan dan imam, Rat 4:13-16, dan selanjutnya kepercayaan umat pada pertolongan dari pihak manusia yang sia-sia, Rat 4:17-20. Ratapan ditutup dengan doa minta balasan atas musuh, Rat 4:21-22.
Ende -> Rat 4:1-22; Rat 4:9
Ende: Rat 4:1-22 - -- Lagu keempat ini serupa dengan lagu 2(Rat 2) menurut isinja dan
bentuknja, tetapi chususnja keruntuhan dan kebinasaan Jerusjalem digambarkan.
Lagu ter...
Lagu keempat ini serupa dengan lagu 2(Rat 2) menurut isinja dan bentuknja, tetapi chususnja keruntuhan dan kebinasaan Jerusjalem digambarkan. Lagu tersendiri atau tiga bagian. Jang pertama (Rat 4:1-12) memuat dua bagian jang sedjadjar satu sama lain Rat 4:1-6,7-12 dan jang melukiskan keadaan penduduk Jerusjalem serta sebab-musababnja. bagian kedua (Rat 4:13-20) menjatakan, bahwa tjelaka Jerusjalem disebabkan oleh nabi-nabi palsu dan para imam (Rat 4:13-16) serta kepertjajaan pada pertolongan insani (Rat 4:17-20). Bagian ketiga (Rat 4:21-22) minta balasan dari pihak Jahwe atas musuh-musuh.
terdjemahan ini tidak pasti.
Ref. Silang FULL -> Rat 4:9
Ref. Silang FULL: Rat 4:9 - karena lapar // hasil ladang · karena lapar: 2Raj 25:3; 2Raj 25:3
· hasil ladang: Yer 15:2; Yer 15:2; Yer 16:4; Yer 16:4; Rat 5:10
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Rat 4:1-12
Matthew Henry: Rat 4:1-12 - Keadaan Yerusalem yang Luluh-lantak; Akibat-akibat Kelaparan di Yerusalem; Kehancuran Yerusalem
Pasal ini merupakan satu lagi Ratapan atas kehancuran Yerusalem yang ditulis menurut satu abjad yang sama, seperti ratapan-ratapan dalam dua pas...
- Pasal ini merupakan satu lagi Ratapan atas kehancuran Yerusalem yang ditulis menurut satu abjad yang sama, seperti ratapan-ratapan dalam dua pasal pertama.
- I. Sang nabi di sini meratapi kejahatan dan penghinaan yang diberikan kepada orang-orang yang biasanya dihormati (ay. 1-2).
- II. Ia meratapi akibat-akibat yang mengerikan dari kelaparan yang menimpa mereka karena pengepungan Yerusalem (ay. 3-10).
- III. Ia meratapi keadaan Yerusalem yang direbut dan dijarah, dan kehancuran-kehancurannya yang mencengangkan (ay. 11-12).
- IV. Ia mengakui bahwa dosa-dosa para pemimpin merekalah yang menjadi penyebab dari semua malapetaka ini (ay. 13-16).
- V. Ia sudah angkat tangan dan berpikir bahwa semuanya pasti akan diluluh-lantakkan, sebab musuh-musuh mereka terlalu tangguh bagi mereka dalam segala hal (ay. 17-20).
- VI. Ia menubuatkan kehancuran orang Edom yang bersorak-sorai atas kejatuhan Yerusalem (ay. 21).
- VII. Ia menubuatkan kembalinya Sion dari pembuangan pada akhirnya (ay. 22).
Keadaan Yerusalem yang Luluh-lantak; Akibat-akibat Kelaparan di Yerusalem; Kehancuran Yerusalem (4:1-12)
- Syair ratapan dalam pasal ini dimulai dengan ratapan atas perubahan yang sangat menyedihkan dan memilukan, yang terjadi sebagai akibat dari penghakiman-penghakiman yang Allah perbuat di Yerusalem. Kota yang dulunya seperti emas, seperti emas murni, begitu kaya dan semarak, kota yang paling indah dan kesukaan dunia semesta, telah menjadi pudar, dan berubah, telah kehilangan kemilaunya, kehilangan nilainya, tidak seperti dulu lagi. Kota itu telah menjadi ampas. Aduhai! Betapa dahsyatnya perubahan itu!
- I. Bait suci, yang dulu merupakan kemuliaan Yerusalem dan perlindungannya, diporak-porandakan. Bait suci diserahkan ke dalam tangan musuh. Dan sebagian orang memahami emas yang dibicarakan dalam ayat 1 sebagai emas bait suci, emas murni yang dengannya bait suci dilapisi (1Raj. 6:22). Ketika bait suci dibakar, emasnya menjadi hangus dan kotor, seolah-olah ia barang yang tak bernilai. Emas itu dibuang ke tempat sampah. Emas itu berubah, dipakai untuk keperluan-keperluan biasa dan tidak dianggap sama sekali. Batu-batu bait suci, yang dikerjakan secara menakjubkan, dirobohkan oleh tentara Kasdim, ketika mereka membongkar bait suci, atau diruntuhkan dengan kekuatan api, dan terbuang, dilempar di pojok tiap jalan. Batu-batu itu bercampur-baur di antara reruntuhan, tanpa diistimewakan. Ketika Allah dari bait suci disulut murka-Nya untuk menarik diri oleh dosa, maka tidak heran jika batu-batu bait suci dicemarkan seperti itu.
- II. Pemimpin-pemimpin dan imam-imam, yang merupakan anak-anak Sion secara istimewa, diinjak-injak dan dilecehkan (ay. 2). Baik rumah Allah maupun rumah Daud terletak di Sion. Anak-anak dari kedua rumah itu berharga karena alasan ini, bahwa mereka adalah ahli-ahli waris atas hak-hak istimewa dari kedua perjanjian, yaitu perjanjian imamat dan rajawi. Mereka setimbang dengan emas tua. Israel lebih kaya dalam hak-hak istimewa itu daripada dalam harta benda berupa emas dan perak. Tetapi sekarang mereka dianggap belanga-belanga tanah. Mereka hancur seperti belanga-belanga tanah, dibuang seperti periuk yang tidak disukai orang. Mereka telah menjadi miskin, dan dibawa ke dalam pembuangan, dan dengan demikian menjadi hina dan tercela, dan semua orang menginjak-injak serta menghina mereka. Perhatikanlah, penghinaan yang diberikan terhadap umat Allah haruslah menjadi hal yang harus kita ratapi.
- III. Anak-anak kecil menderita kelaparan karena tidak ada roti dan air (ay. 3-4). Ibu-ibu yang menyusui, karena tidak mempunyai makanan untuk diri mereka sendiri, tidak pula mempunyai susu untuk bayi-bayi dalam gendongan mereka. Sehingga, meskipun sebenarnya sifat mereka penuh kasih, namun tindakan mereka tampak kejam, seperti burung unta di padang pasir, yang meninggalkan telurnya di dalam pasir (Ayb. 39:17-18). Karena tidak mempunyai makanan untuk anak-anak mereka, mereka terpaksa mengabaikan anak-anak mereka dan berbuat semampu mereka untuk melupakan anak-anak mereka. Hati mereka sakit bila memikirkan anak-anak mereka, sebab mereka tidak mempunyai apa-apa untuk anak-anak mereka. Dalam hal ini mereka lebih buruk daripada anjing laut, atau serigala, atau ikan paus (seperti sebagian orang mengartikannya), sebab hewan-hewan itu memberikan teteknya dan menyusui anak-anaknya, sementara putri bangsaku tidak mau melakukannya. Anak-anak kecil tidak bisa pergi sendiri mencari perlindungan seperti orang dewasa. Oleh sebab itu, lebih menyakitkan melihat lidah bayi melekat pada langit-langit karena haus, karena tidak ada setetes air untuk membasahinya. Dan lebih menyakitkan lagi mendengar anak-anak kecil, yang hanya bisa berbicara, meminta roti dari orangtua mereka, yang tidak mempunyai apa-apa untuk diberikan, bahkan tak seorang teman pun dapat memberi mereka makanan. Walaupun sedih hati kita memikirkan keadaan Israel dahulu seperti ini, namun hendaklah kita bersyukur atas kelimpahan besar yang kita nikmati saat ini, dan makanan yang mencukupi yang kita miliki untuk diri kita sendiri dan anak-anak kita, dan untuk seisi rumah kita.
- IV. Orang-orang yang berkedudukan tinggi sekarang jatuh miskin luar biasa (ay. 5). Mereka yang terlahir dengan baik dan dibesarkan dengan baik, dan sudah terbiasa dengan segala yang terbaik, baik dalam hal makanan maupun pakaian, yang biasa makan yang sedap-sedap, memiliki segala yang lezat dan nikmat (mereka menyebutnya makan enak, padahal orang yang makan enak hanyalah mereka yang makan bagi kemuliaan Allah), dan setiap hari bersukaria dalam kemewahan. Mereka ini bukan hanya sudah maju sehingga berpakaian kirmizi, tetapi juga dari semula mereka dibesarkan dengan kain kirmizi, dan tidak pernah mengenal sesuatu yang hina atau biasa-biasa saja. Mereka biasa duduk di atas kain kirmizi (demikian kata yang dipakai). Penutup kaki mereka, dan permadani-permadani yang di atasnya mereka berjalan, terbuat dari kain kirmizi, namun mereka ini, karena semuanya sudah dilucuti oleh perang, mati bulur di jalan-jalan. Mereka tidak mempunyai rumah untuk membaringkan kepala mereka, atau tempat tidur untuk berbaring, atau pakaian untuk menutupi tubuh mereka, atau api untuk menghangatkan mereka. Mereka terbaring di timbunan sampah. Di atasnya mereka senang berbaring supaya bisa sedikit beristirahat, dan mungkin mengorek-ngorek sampah mencari sesuatu untuk dimakan, seperti si anak hilang yang ingin mengisi perutnya dengan ampas. Perhatikanlah, orang-orang yang hidup dalam kemegahan dan kelimpahan besar tidak tahu kesusahan-kesusahan apa yang dapat menimpa mereka sebelum mereka mati, seperti juga adakalanya orang yang miskin diangkat dari lumpur. Siapa yang kenyang dahulu, sekarang menyewakan dirinya karena makanan (1Sam. 2:5). Oleh sebab itu, berhikmatlah jika orang-orang yang berkelimpahan tidak terlalu memanjakan diri mereka dengannya, sebab kesusahan, apabila datang, akan terasa dua kali lipat beratnya (Ul. 28:56).
- V. Orang-orang yang terpandang karena martabatnya, bahkan, mungkin karena kekudusannya, berbagi dengan orang lain dalam malapetaka bersama itu (ay. 7-8). Pemimpin-pemimpinnya (KJV: orang-orang Nazirnya) dibuat susah luar biasa. Sebagian orang memahaminya hanya sebagai orang-orang yang terhormat, tuan-tuan muda, yang berpenampilan sangat bersih, rapih, berpakaian bagus, dan bau wewangian. Tetapi saya tidak melihat mengapa kita tidak dapat memahaminya sebagai orang-orang yang saleh di antara mereka, yang mengkhususkan dirinya bagi TUHAN dengan nazar orang nazir (Bil. 6:2). Bahwa ada orang-orang seperti itu di antara mereka di masa-masa yang paling merosot tampak dari 11, Aku telah membangkitkan sebagian dari teruna-terunamu menjadi nazir. Meskipun orang-orang Nazir ini tidak boleh memotong rambut, namun karena pola makan mereka yang penuh pantangan, dan karena mereka sering membasuh diri, terutama karena mereka senang mengabdikan diri kepada Allah dan bergaul dengan-Nya, yang membuat wajah mereka bersinar seperti wajah Musa, mereka lebih bersih dari salju dan lebih putih dari susu. Karena tidak minum anggur atau minuman keras, kulit mereka lebih sehat dan wajah mereka lebih ceria daripada orang-orang yang menyuguhi diri setiap hari dengan darah buah anggur, seperti Daniel dan teman-temannya menyuguhi diri dengan sayur dan air. Atau mungkin itu menunjukkan penghormatan dan pemujaan yang besar dari semua orang baik terhadap mereka. Walaupun mungkin mereka tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada, namun, karena mengkhususkan diri bagi Tuhan, mereka dihargai seolah-olah lebih merah dari pada merjan, dan rupa mereka seperti batu nilam. Tetapi sekarang begitu buruk rupa mereka (seperti yang dikatakan tentang Kristus [Yes. 52:14]). Wajah mereka lebih hitam dari pada jelaga. Mereka tampak sengsara, sebagian karena kelaparan dan sebagian lagi karena kesedihan dan kebingungan. Mereka tidak dikenal di jalan-jalan. Orang-orang yang dulu menghormati mereka sekarang tidak memperhatikan mereka, dan orang-orang yang sudah mengenal mereka dengan akrab sekarang hampir tidak mengenal mereka, sebab wajah mereka begitu berubah oleh kesengsaraan-kesengsaraan yang menyertai pengepungan yang berkepanjangan itu. Kulit mereka berkerut pada tulang-tulangnya, daging mereka hampir habis dan terbuang. Daging mereka mengering, menjadi seperti kayu, kering dan keras seperti sepotong kayu. Perhatikanlah, suatu hal yang harus sangat diratapi bahwa bahkan orang-orang yang mengkhususkan diri bagi Allah sekalipun, ketika penghakiman-penghakiman yang menghancurkan ditimpakan, sering kali disertakan juga bersama orang lain dalam malapetaka bersama.
- VI. Yerusalem runtuh secara perlahan-lahan, dan menantikan kematian yang berlangsung lama dan pelan-pelan. Sebab kelaparan lebih berperan bagi kehancurannya daripada penghakiman-penghakiman lainnya. Oleh karena itu, kehancuran Yerusalem lebih besar dari Sodom (ay. 6), sebab Sodom hanya dibongkar-bangkir sekejap mata. Satu hujan api dan belerang sudah membumihanguskannya, tanpa ada tangan yang memukulnya. Ia tidak mengalami pengepungan apa pun yang berkepanjangan, seperti Yerusalem. Ia langsung jatuh ke tangan Tuhan, yang menyerang tepat mengenai sasaran dengan satu pukulan, dan tidak jatuh ke tangan manusia, yang karena lemah, lama dalam melaksanakan hukuman (Hak. 8:21). Sebaliknya, Yerusalem selama berbulan-bulan dibuat tersiksa, menderita dan sengsara, dan mati sedikit demi sedikit, mati dengan merasakan kematiannya sendiri. Dan, apabila kesalahan Yerusalem lebih diperparah daripada kesalahan Sodom, maka tidak heran jika hukumannya pun demikian. Sodom tidak pernah memiliki sarana anugerah seperti yang dimiliki Yerusalem, yaitu sabda-sabda Allah dan nabi-nabi-Nya, dan karena itu penghukuman Yerusalem akan lebih tak tertanggungkan daripada punya Sodom (Mat. 11:23-24). Luar biasanya kelaparan itu digambarkan di sini melalui dua contohnya yang menakutkan:
- 1. Kematian-kematian yang melelahkan yang disebabkan oleh kelaparan itu (ay. 9). Banyak orang tewas karena kelaparan, menderita lapar sampai mati, sebab persediaan-persediaan mereka sudah habis, dan persediaan-persediaan di tempat umum hampir habis sehingga mereka tidak bisa ditolong sedikit pun olehnya. Mereka merana dan mati sebab tak ada hasil ladang. Orang-orang yang kelaparan pasti akan mati seolah-olah mereka sudah tembus ditikam dan dihantam. Hanya saja keadaan mereka jauh lebih mengenaskan. Mereka yang gugur karena pedang akan segera dibebaskan dari rasa sakit mereka. Dengan tenang mereka turun ke dalam dunia orang mati (Ayb. 21:13). Mereka tidak mengalami kengerian melihat kematian yang datang mendekati mereka, dan hampir tidak merasakannya tatkala kematian menghunjamkan pukulannya. Hanya satu pergulatan yang pedih, lalu semuanya pun selesai. Dan jika kita siap menghadapi dunia lain, kita tidak perlu takut akan jalan singkat menuju ke sana, justru lebih cepat lebih baik. Tetapi orang-orang yang mati karena kelaparan, mati merana. Kelaparan menggerogoti roh mereka, dan menghabiskan mereka secara perlahan-lahan. Bahkan, kelaparan menyiksa roh mereka, dan membuat mereka berkeluh kesah, dan merupakan siksaan besar bagi pikiran seperti juga bagi tubuh. Inilah kesakitan-kesakitan pada kematian mereka (Mzm. 73:4).
- 2. Pembunuh-pembunuh biadab yang diciptakan oleh kelaparan itu (ay. 10): Dengan tangan sendiri wanita yang lemah lembut pertama-tama membunuh, dan kemudian memasak kanak-kanak mereka sendiri. Hal ini diratapi sebelumnya (2:20). Betapa harus diratapi dengan teramat sangat bahwa orang bisa menjadi sedemikian fasik untuk melakukannya, dan sedemikian ditimpa kesusahan-kesusahan yang demikian luar biasa sehingga tergoda untuk melakukannya. Tetapi dampak yang mengerikan dari pengepungan-pengepungan yang berkepanjangan ini sudah diancamkan kepada semuanya (Im. 26:29; Ul. 28:53), dan khususnya kepada Yerusalem dalam pengepungan tentara Kasdim (Yer. 19:9; Yeh. 5:10). Keadaan itu begitu menyedihkan sehingga mereka tidak mempunyai apa-apa untuk memberi makan anak-anak mereka dan memasak daging untuk mereka (ay. 4). Tetapi jauh lebih buruk lagi bahwa mereka sampai tega menyantap anak-anak mereka dan menjadikannya sebagai daging. Saya tidak tahu apakah ini harus dijadikan contoh dari kuatnya kelaparan atau kuatnya kejahatan. Tetapi, sama seperti para penyembah berhala dari bangsa-bangsa bukan Yahudi sewajarnya diserahkan kepada hawa nafsu yang memalukan (Rm. 1:26), demikian pula para penyembah berhala dari bangsa Yahudi ini, dan kaum perempuannya secara khusus, yang telah membuat penganan persembahan bagi ratu sorga dan mengajar anak-anak mereka untuk melakukannya juga, mereka dibuat hampa kasih sayang, bahkan kepada anak-anak mereka sendiri. Dibiarkan mencemarkan tubuh mereka sendiri seperti itu merupakan penghakiman yang benar kepada mereka atas kecemaran yang telah mereka perbuat terhadap Allah.
- VII. Yerusalem runtuh sepenuhnya dan secara mencengangkan.
- 1. Kehancuran Yerusalem adalah kehancuran yang sehabis-habisnya (ay. 11): TUHAN melepaskan segenap amarah-Nya. Ia telah merampungkan amarah-Nya, telah melaksanakan semua yang menjadi tujuan-Nya dalam murka terhadap Yerusalem, dan tidak menghapus satu bagian pun dari hukuman itu. Ia menumpahkan cawan-cawan murka-Nya yang menyala-nyala seluruhnya, tumpah habis sampai ke dasarnya, bahkan sampai ke ampas-ampasnya. Ia telah menyalakan api di Sion, yang tidak hanya melahap habis rumah-rumah, dan meratakannya dengan tanah, tetapi juga, melebihi apa yang dapat dilakukan api-api lain, telah memakan dasar-dasarnya, seolah-olah rumah-rumah tidak akan lagi dibangun di atasnya.
- 2. Kehancuran itu adalah kehancuran yang mencengangkan (ay. 12). Sangat mengejutkan bagi raja-raja di bumi, yang mengenal dan ingin tahu selalu tentang keadaan negeri-negeri tetangga mereka. Bahkan, kehancuran itu mencengangkan bagi seluruh penduduk dunia yang mengetahui Yerusalem, atau yang pernah mendengar atau membaca tentangnya. Mereka tidak percaya bahwa lawan dan seteru dapat masuk ke dalam gapura-gapura Yerusalem. Sebab,
- (1) Mereka tahu bahwa Yerusalem dibentengi dengan kuat, bukan hanya oleh tembok-tembok dan kubu-kubu, melainkan juga oleh jumlah dan kekuatan penduduknya. Kubu pertahanan Sion dianggap tak tertembus.
- (2) Mereka tahu bahwa Yerusalem adalah kota Raja Besar, di mana Tuhan atas seluruh bumi berdiam secara khusus. Yerusalem adalah kota kudus, dan karena itu mereka berpikir bahwa kota itu berada di bawah perlindungan ilahi yang sedemikian rupa sehingga sia-sia saja kalau musuh-musuhnya hendak menyerangnya.
- (3) Mereka tahu bahwa banyak upaya yang dilakukan untuk menyerangnya sudah digagalkan, lihat saja upaya Sanherib. Oleh karena itu, mereka terheran-heran ketika mendengar tentara Kasdim menjadikan diri mereka tuan atasnya, dan akhirnya sadar bahwa pasti oleh tangan Allah secara langsunglah Yerusalem diserahkan kepada tentara Kasdim. Oleh perintah penugasan dari Dialah musuh menerobos dan memasuki gapura-gapura Yerusalem.
SH: Rat 4:1-22 - Karena pemimpin (Kamis, 16 Desember 2010) Karena pemimpin
Ratapan 4 membandingkan kondisi Kerajaan Yehuda pada masa jaya dan masa susah. Sebagai bangsa terjajah, mereka mengalami pemiskinan y...
Karena pemimpin
Ratapan 4 membandingkan kondisi Kerajaan Yehuda pada masa jaya dan masa susah. Sebagai bangsa terjajah, mereka mengalami pemiskinan yang luar biasa. Calvin mengatakan bahwa ayat 1 merujuk pada bait Allah yang emasnya habis dijarah, bersamaan dengan kejatuhan Yerusalem. Ayat 5-8 menggambarkan bagaimana orang-orang yang paling kaya dan terawat sekalipun telah menjadi pemulung dan pengemis. Namun masalahnya jauh lebih serius.
Bangsa yang dulu dipilih Allah ini ternyata dalam kondisi yang mengenaskan sehingga ibu-ibu tidak dapat menyusui anak mereka, walaupun menyusui anak adalah hal yang begitu mendasar dan instingtif sehingga serigala pun tidak perlu diajari untuk melakukannya (3). Terlebih lagi, kelaparan merajalela sehingga wanita – bahkan wanita yang lemah lembut – memasak anak-anak mereka untuk disantap (10). Kengerian yang begitu dahsyat telah melahap habis kemasyhuran masa lalu umat pilihan Allah ini. Semua yang terjadi membuat Yehuda jadi tontonan banyak orang dan menjadi satu kengerian yang membuat orang-orang ternganga (12).
Kenapa semua itu bisa terjadi? Salah siapa? Ayat 13 menjawab, "Hal itu terjadi oleh sebab dosa nabi-nabinya dan kedurjanaan imam-imamnya ...." Di sepanjang riwayat kerajaan Israel dan Yehuda kita melihat sikap hidup dan spiritualitas pemimpin sangat menentukan spiritualitas rakyat. Pada masa Elia misalnya, ada tujuh ribu rakyat jelata yang tetap setia kepada Tuhan (1Raj. 19:18), termasuk setidaknya seorang pegawai kerajaan (1Raj. 18:1-15). Namun karena Ahab adalah raja yang jahat, rakyat pun mengikuti sikap hidup raja hingga seluruh negeri berada di bawah kutukan. Ketika Raja Zedekia ditangkap dan ditawan (ay. 20; bnd. Yer. 39:5), lengkaplah kejatuhan Yerusalem. Dosa seorang pemimpin memang membawa kejatuhan dirinya beserta seluruh rakyatnya. Maka untuk mencegah dan mengatasi kejatuhan itulah, Tuhan mengutus hamba-Nya membawa suara kenabian untuk meluruskan yang bengkok.
SH: Rat 4:1-22 - Sengsara yang dahsyat (Minggu, 6 April 2014) Sengsara yang dahsyat
Yesaya pernah mengungkapkan ‘keputusasaan’ Allah dalam mendisiplin umat-Nya, "di mana kamu mau d...
Sengsara yang dahsyat
Yesaya pernah mengungkapkan ‘keputusasaan’ Allah dalam mendisiplin umat-Nya, "di mana kamu mau dipukul lagi, kamu yang bertambah murtad?...Dari telapak kaki sampai kepala tidak ada yang sehat: bengkak dan bilur dan luka baru…" (Yes. 1:5-6). Itulah gambaran umat Tuhan yang berdosa, walau telah dihukum keras, babak belur, bergeming dalam dosa-dosanya.
Mengerikan keadaan Yerusalem dalam Ratapan 4 ini. Hukuman Tuhan yang dijatuhkan paling keras, membuat gambaran megah Yerusalem berubah total. Dulu bagaikan emas, sekarang sekadar tanah (1-2). Keadaan sengsara mereka digambarkan dengan kelaparan yang melanda penduduk Yerusalem. Bahkan orang tua berlaku kejam dan sadis terhadap anak-anaknya (3-4, 10), mereka yang biasa makan makanan mewah, kini mengais sampah untuk memuaskan lapar (5). Para pemimpin yang biasa hidup enak, menjadi kurus kering menanggung derita (7-8).
Hukuman Tuhan itu begitu dahsyat mengerikan (11-12).Para nabi dan imamlah yang paling bersalah akan keadaan runyam umat-Nya (13)! Mereka mengumbar darah umat, kini mereka menjadi terbuang, tercemar seperti orang kusta, ditolak di mana pun, termasuk oleh bangsa-bangsa sekeliling (14-16). Umat mencari pertolongan dari bangsa-bangsa lain, namun sia-sia (17), sebaliknya para musuh mengejar dan mengepung mereka (18-19). Berharap kepada pemimpin pun ternyata sia-sia (20).
Namun Ratapan 4 ini ditutup dengan pengharapan, bahwa walau saat ini musuh berjaya atas mereka – misalnya Edom – sifatnya sementara. Para musuh akan dihukum Tuhan! Berarti umat Tuhan ada pengharapan diampuni dan dipulihkan.
Kalau kita sengsara karena murka Allah atas dosa-dosa kita, bersyukurlah. Hal itu menunjukkan Allah masih bermurah hati, memberikan kesempatan padamu untuk bertobat!
SH: Rat 4:1-22 - Lakukan Kewajiban dengan Benar! (Minggu, 17 Desember 2017) Lakukan Kewajiban dengan Benar!
Isi pasal ini memiliki kemiripan dengan pasal 2. Yeremia membandingkan keadaan Yerusalem sebelum pengepungan dan peru...
Lakukan Kewajiban dengan Benar!
Isi pasal ini memiliki kemiripan dengan pasal 2. Yeremia membandingkan keadaan Yerusalem sebelum pengepungan dan perusakan yang dilakukan oleh bangsa Babel dan keadaan sesudahnya (1-12). Lalu penulis menyatakan bahwa semuanya itu terjadi karena keberdosaan bangsa Yehuda (13-16). Kemudian pasal ini ditutup dengan keyakinan umat bahwa pertolongan dari pihak manusia itu sia-sia (17-20). Umat juga memohon agar Tuhan sendiri yang membalas kejahatan bangsa Babel.
Apa yang dilakukan oleh bangsa Babel sangat kejam. Mereka begitu brutal dan tak berperikemanusiaan. Mereka mengejar, menganiaya, menyiksa, bahkan membunuh tanpa perasaan. Tak satu pun yang luput dari keberingasan bangsa Babel. Para penguasa Yehuda, bangsawan, pemimpin agama dan bayi pun turut menderita. Tidak pernah ada kengerian sehebat itu. Kejadian yang membuat orang tidak hanya menderita, tetapi juga melakukan kekejian demi mempertahankan hidup (10). Karena itu, Yeremia bernubuat, "Lebih bahagia mereka yang gugur karena pedang...." (9).
Kekejian orang-orang Babel membuat mereka tidak menghormati para pemimpin agama. Yeremia mengatakan bahwa semua itu bukan karena semata kekejian mereka, tetapi juga berbagai dosa yang dilakukan oleh para nabi palsu. Mereka sepatutnya bernubuat dan menyampaikan kebenaran dan keadilan Tuhan, namun mereka tidak melakukannya. Sebab mata hati dan mulut mereka telah dijejali kekayaan dan kemewahan hidup. Mereka juga menjerumuskan bangsa Yehuda hidup dalam keberdosaan. Kini, mereka pun merasakan dampak negatif yang merusak. Mereka tidak hanya menderita, tetapi harga diri juga turut terkoyak-koyak.
Harta dan kekayaan bisa membungkam mulut kita untuk berhenti menyuarakan kebenaran dan keadilan. Karena itu, marilah kita memohon kepada Tuhan agar dimampukan untuk melakukan kewajiban dengan baik dan benar. Berdoa agar kita mengedepankan kehendak Tuhan melalui hidup dan pelayanan kita. [MH]
SH: Rat 4:1-22 - Congkak Bongak (Rabu, 19 April 2023) Congkak Bongak
Sekuat apa Kota Yerusalem? Seperti kota-kota lainnya pada zaman itu, Yerusalem dilindungi dengan tembok kota dan menara pengintaian. D...
Congkak Bongak
Sekuat apa Kota Yerusalem? Seperti kota-kota lainnya pada zaman itu, Yerusalem dilindungi dengan tembok kota dan menara pengintaian. Ditambah lagi, Yerusalem merupakan ibu kota kerajaan. Perlindungan yang dibangun pasti tidak dapat diremehkan.
Terlebih lagi, di dalam kota itu terdapat Bait Suci, yang menjadi representasi kehadiran Tuhan. Tak heran, orang-orang Yehuda berpikiran bahwa Yerusalem tidak akan bisa dikalahkan oleh bangsa-bangsa lain (12).
Nyatanya, yang terjadi adalah sebaliknya. Kondisi nyaman dan aman berubah menjadi kehinaan dan kelaparan hebat (3-8, 10). Bahkan, orang mati dianggap lebih beruntung daripada orang hidup (9).
Semua itu terjadi karena dosa umat. Para nabi dan para imam yang semestinya melayani Tuhan dalam kekudusan telah tercemar akibat dosa ketidakadilan sehingga mereka dinajiskan (13-16). Tembok kota dan menara pengintaian pun tidak dapat meluputkan mereka dari kekalahan dan kesengsaraan (17-19). Sungguh tak terbayangkan!
Hidup orang-orang Yehuda penuh dengan kesombongan. Sebagai umat pilihan Tuhan, mereka yakin bahwa bagaimanapun juga keadaan mereka, Tuhan tidak akan membiarkan mereka celaka. Pikir mereka, status mereka memberikan kekebalan terhadap penderitaan. Akibatnya, mereka lalai untuk setia kepada perintah Tuhan.
Kiranya kita belajar dari sejarah bangsa Yehuda. Sebagai orang Kristen, kita bisa membanggakan diri kita sebagai orang yang sudah diselamatkan. Pikir kita, tak perlu lagi kita repot-repot menjaga kekudusan hidup dan berbuat baik karena keselamatan sudah diberikan Tuhan. Itu salah! Memang keselamatan telah dianugerahkan, tetapi jangan sampai kita lalai untuk memelihara dan menghidupi keselamatan itu.
Hendaknya segenap hidup kita dipenuhi kekudusan, keadilan, dan kebaikan, sebagai wujud syukur kita atas keselamatan dari Tuhan, juga sebagai bukti kesetiaan kita kepada Tuhan. Jauhlah kiranya sikap congkak bongak (sangat congkak) dari diri kita. [KRS]
TFTWMS -> Rat 4:9-10; Rat 4:1-10
TFTWMS: Rat 4:9-10 - Kebobrokan Terakhir Umat Itu Kebobrokan Terakhir Umat Itu (Ratapan 4:9, 10)
Lebih bahagia mereka yang gugur karena pedang Dari pada mereka yang tewas karena lapar, Yang merana da...
Kebobrokan Terakhir Umat Itu (Ratapan 4:9, 10)
Lebih bahagia mereka yang gugur karena pedang Dari pada mereka yang tewas karena lapar, Yang merana dan mati Sebab tak ada hasil ladang. Dengan tangan sendiri wanita yang lemah lembut Memasak kanak-kanak mereka, Untuk makanan mereka Tatkala runtuh puteri bangsaku (4:9, 10).
Waktunya datang ketika pembantaian lebih disukai daripada kelaparan! Mati oleh pedang adalah bayangan yang mengerikan (1 Samuel 31:3-6); tapi proses lambat kelaparan itu diperpanjang, tanpa harapan pemulihan! Bayangan sedang "diserang"12 (4:9) adalah dari istilah yang berarti "menusuk." Orang yang "diserang" kelaparan menghadapi sengatan lapar yang berkelanjutan, menusuk.
Bagian ini, 4:1-10, ditutup dengan klimaks kebobrokan. Kasus satire yang menyedihkan itu ditulis dalam adegan ibu-ibu Yehuda ini yang merebus dan memakan anak-anak mereka sendiri (4:10; lihat 2:20; 2 Raja 6:24-30; Yeremia 19:8, 9; Ulangan 28:47-57). Tindakan nekat ini dilakukan oleh mereka yang dijuluki sebagai "wanita yang lemah lembut13." Gambaran ironis ini merupakan teriakan yang menggema untuk memperingatkan kita seberapa jauh manusia dapat jatuh. Manusia yang sesat dalam dosa dapat tenggelam sedemikian dalam sehingga belas kasihan mereka menyerah kepada kanibalisme. Yang tidak dapat dipercaya harus dipercaya. Harga yang harus dibayar untuk tindakan tanpa kekang, memberontak, keras kepala harus menggerakkan jiwa yang rasional menjauh dari dosa! Sesungguhnya orang-orang yang menabur daging akan menuai kebobrokan, sama seperti Yehuda yang mengalami kehancuran (Galatia 6:7, 8; lihat Yesaya 13:16-22; Yeremia 4:30, 31; 9:17-22).
TFTWMS: Rat 4:1-10 - Tempat-tempat Dan Orang-orang Berharga Dalam Penjarahan Dan Kesakitan TEMPAT-TEMPAT DAN ORANG-ORANG BERHARGA DALAM PENJARAHAN DAN KESAKITAN (Ratapan 4:1-10)
Yehuda, yang dulunya merupakan negeri yang indah dan makmur, s...
TEMPAT-TEMPAT DAN ORANG-ORANG BERHARGA DALAM PENJARAHAN DAN KESAKITAN (Ratapan 4:1-10)
Yehuda, yang dulunya merupakan negeri yang indah dan makmur, sekarang teronggok dalam reruntuhan. Perbedaan yang ditarik antara kemakmuran sebelumnya negeri itu dan keadaannya saat ini tampaknya melipatgandakan tragedi itu. Penjarahan itu semakin meluas ketika kaum itu digambarkan dalam kesakitan: "anak-anak Sion yang berharga" (4:2), "puteri bangsaku" (4:3, 6), bayi (4:4), dan kaum ibu yang beralih dari lemah lembut kepada kanibalisme (4:10). Gambar-gambar ini mengklimakskan adegan kelaparan dan pembantaian dalam 4:1-10.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Ratapan (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yeremia
Tema : Kesusahan yang Sekarang dan Harapan Masa Depan
Tanggal Penulisan: 586 - 585 SM
Latar Belakang
Judul k...
Penulis : Yeremia
Tema : Kesusahan yang Sekarang dan Harapan Masa Depan
Tanggal Penulisan: 586 - 585 SM
Latar Belakang
Judul kitab ini diambil dari judul tambahannya dalam naskah PL terjemahan Yunani dan Latin -- "Ratapan Yeremia." PL Ibrani memasukkan kitab ini sebagai salah satu di antara lima kitab gulungan (bersama Rut, Ester, Pengkhotbah dan Kidung Agung) dari bagian ketiga Alkitab Ibrani, yaitu bagian _Hagiographa_ ("Tulisan-tulisan Kudus"); masing-masing dari kelima kitab ini secara tradisional dibacakan pada saat tertentu dalam tahun liturgi Yahudi. Ratapan ini ditetapkan untuk dibaca pada hari kesembilan dari bulan Ab (sekitar pertengahan Juli), bilamana orang Yahudi memperingati penghancuran kota Yerusalem. Versi Septuaginta menempatkan Ratapan langsung setelah kitab Yeremia, tempatnya dalam kebanyakan Alkitab masa kini.
Sudah lama para pakar Yahudi dan Kristen menyetujui bahwa Yeremia adalah penulis kitab ini. Di antara berbagai bukti yang mendukung kesimpulan ini terdapat yang berikut:
- (1) Dari 2Taw 35:25 kita mengetahui bahwa Yeremia biasa menggubah syair ratapan; apalagi, kitab nubuat Yeremia sering kali menyebut bagaimana ia meratapi kebinasaan Yerusalem yang akan datang. (lih. Yer 7:29; Yer 8:21; Yer 9:1,10,20).
- (2) Gambaran yang hidup dalam kitab Ratapan tentang peristiwa malapetaka itu memberikan kesan bahwa ini dikisahkan oleh seorang saksi mata; Yeremia adalah satu-satunya penulis kitab PL yang diketahui telah menyaksikan langsung musibah Yerusalem pada tahun 586 SM.
- (3) Terdapat beberapa persamaan tema dan gaya bahasa di antara kitab Yeremia dengan kitab ini. Misalnya, kedua kitab ini menghubungkan penderitaan Yehuda dan kebinasaan Yerusalem karena dosa dan pemberontakan yang terus-menerus terhadap Allah. Dalam kedua kitab ini Yeremia menyebut umat Allah sebagai "anak dara" -Nya (Yer 14:17; Yer 18:13; Rat 1:15; Rat 2:13). Fakta-fakta ini, bersama dengan kesamaan di antara kedua kitab ini dalam gaya penulisan syairnya, menunjuk kepada penulis yang sama.
Ketandusan Yerusalem digambarkan demikian jelas dan hidup dalam Ratapan sehingga menunjukkan bahwa peristiwa itu baru saja dialami penulisnya. Yeremia sendiri berusia 50-an ketika kota itu jatuh; dia mengalami sepenuhnya traumanya dan dipaksa ke Mesir pada tahun 585 SM (lih Yer 41:1--44:30), di mana dia wafat (mungkin sebagai orang syahid) dalam dasawarsa kemudian. Jadi, kitab ini mungkin sekali ditulis segera setelah pembinasaan Yerusalem (586-585 SM).
Tujuan
Yeremia menulis serangkaian lima ratapan untuk mengungkapkan kesedihan yang sangat dan penderitaan emosionalnya atas kerusakan Yerusalem yang tragis, termasuk
- (1) keruntuhan yang memalukan dari kerajaan dan keturunan Daud,
- (2) pembinasaan sama sekali dari tembok-tembok kota, Bait Suci, istana raja dan kota pada umumnya, dan
- (3) pembuangan yang menyedihkan ke Babel dari kebanyakan orang yang tidak dibunuh. "Yeremia duduk sambil menangis dan meratap dengan ratapan ini
atas Yerusalem," bunyi sebuah super skripsi pada kitab ini dalam versi Septuaginta dan Vulgata Latin. Dalam kitab ini, kesedihan sang nabi menyembur keluar bagaikan kesedihan seorang peratap pada saat penguburan kerabat dekat yang mati secara tragis. Semua ratapan ini mengakui bahwa tragedi tersebut merupakan hukuman Allah atas Yehuda karena pemberontakan berabad-abad para pemimpin dan penduduknya terhadap Dia; kini hari perhitungan telah tiba dan hari itu amat dahsyat. Dalam Ratapan, Yeremia bukan hanya mengakui bahwa Allah benar dan adil dalam segala jalan-Nya, tetapi juga bahwa Dia itu murah hati dan berbelas kasihan kepada mereka yang berharap kepada-Nya (Rat 3:22-23,32). Jadi, Kitab Ratapan memungkinkan umat itu memiliki pengharapan di tengah-tengah keputusasaan mereka dan memandang lebih jauh dari hukuman pada saat itu, kepada saat Allah akan memulihkan umat-Nya kelak.
Survai
Kitab ini merupakan serangkaian lima ratapan, tiap ratapan itu dalam sendirinya lengkap. Ratapan pertama (pasal 1; Rat 1:1-22) menggambarkan kerusakan Yerusalem dan ratapan sang nabi atas kota itu ketika ia berseru kepada Allah dalam penderitaan jiwanya; kadang-kadang ratapannya melambangkan ratapan Yerusalem (Rat 1:12-22). Dalam ratapan kedua (pasal 2; Rat 2:1-22), Yeremia melukiskan penyebab kerusakan ini sebagai murka Allah atas umat pemberontak yang menolak untuk bertobat. Musuh Yehuda menjadi sarana penghukuman Allah. Syair berikutnya (pasal 3; Rat 3:1-66) mendesak bangsa itu untuk ingat kembali bahwa Allah sungguh-sungguh pemurah dan setia, dan bahwa Dia itu baik kepada mereka yang mengandalkan diri-Nya. Yang keempat (pasal 4; Rat 4:1-22) mengulang kembali tema ketiga syair sebelumnya. Di dalam syair yang terakhir (pasal 5; Rat 5:1-22), setelah pengakuan dosa dan kebutuhan Yehuda untuk pengampunan, Yeremia berdoa kepada Allah untuk mengembalikan umat itu kepada perkenan-Nya lagi.
Kelima ratapan di dalam kitab ini, yang sama dengan jumlah pasalnya, masing-masing terdiri atas 22 ayat (kecuali pasal 3; Rat 3:1-66 yang memiliki 22 kali 3, yaitu 66 ayat); nomor 22 adalah jumlah huruf dalam abjad bahasa Ibrani. Empat syair pertama merupakan akrostik abjad, yaitu setiap ayat (atau dalam pasal 3; Rat 3:1-66 setiap perangkat dari tiga ayat) dimulai dengan huruf Ibrani yang berbeda dari _Alef_ hingga _Taw_. Susunan menurut abjad ini, di samping mempermudah penghafalan, juga melaksanakan mencapai dua hal.
- (1) Susunan ini menyampaikan gagasan bahwa ratapan-ratapan ini lengkap, meliputi segala sesuatu dari A hingga Z (Ibr- _Alef_ hingga _Taw_).
- (2) Dengan menyusun semua ratapan sedemikian, sang nabi dibatasi untuk terus-menerus meratap dan menangis; semua ratapan ada akhirnya, sebagaimana halnya suatu saat pembuangan akan berakhir dan Yerusalem akan dibangun kembali.
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai kitab Ratapan.
- (1) Sekalipun di dalam Mazmur dan kitab para nabi ada ratapan pribadi dan ratapan umum, hanya kitab ini di Alkitab yang semata-mata terdiri atas syair-syair duka.
- (2) Susunan kesusastraan kitab ini sama sekali syair; dengan empat dari kelima syair itu bersifat akrostik (lihat alinea terakhir bagian "Survai"). Sesuai dengan susunan syair kitab ini, syair kelima juga terdiri atas 22 ayat.
- (3) Sedangkan 2Raj 25:1-30 dan Yer 52:1-34 melukiskan peristiwa sejarah pembinasaan Yerusalem, hanya kitab ini yang dengan hidup menggambarkan emosi dan perasaan orang-orang yang benar-benar mengalami musibah tersebut.
- (4) Pada inti kitab ini terdapat salah satu pernyataan paling kuat tentang kesetiaan dan keselamatan dari Allah di dalam Alkitab (Rat 3:21-26). Walaupun kitab Ratapan dimulai dengan sebuah ratapan (Rat 1:1-2), secara tepat kitab itu berakhir dengan nada pertobatan dan harapan untuk pemulihan (Rat 5:16-22).
- (5) Tidak ada kutipan dari kitab ini dalam PB selain beberapa ibarat (bd. Rat 1:15 dengan Wahy 14:19; Rat 2:1 dengan Mat 5:35; Rat 3:30 dengan Mat 5:39; Rat 3:45 dengan 1Kor 4:13).
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Sekalipun Ratapan tidak dikutip sama sekali dalam PB, kitab ini memiliki relevansi langsung bagi mereka yang percaya pada Kristus. Seperti halnya Rom 1:18--3:20, kelima pasal ini meminta orang percaya untuk merenungkan kehebatan dosa dan kepastian hukuman ilahi. Pada saat yang sama, kitab itu mengingatkan bahwa oleh karena belas kasihan dan kemurahan Tuhan, keselamatan tersedia bagi orang-orang yang bertobat dari dosa mereka dan berbalik kepada-Nya. Selanjutnya, air mata sang nabi mengingatkan kita tentang air mata Yesus Kristus, yang menangisi dosa-dosa Yerusalem karena mengetahui kebinasaannya yang akan datang oleh tentara Romawi (Mat 23:37-38; Luk 13:34-35; Luk 19:41-44).
Full Life: Ratapan (Garis Besar) Garis Besar
I. Penghancuran Yerusalem
(Rat 1:1-22)
A. Gambaran Kota yang Dibinasakan Itu
(Rat 1:1-7)...
Garis Besar
- I. Penghancuran Yerusalem
(Rat 1:1-22) - A. Gambaran Kota yang Dibinasakan Itu
(Rat 1:1-7) - B. Penyebab Kebinasaan Kota Itu
(Rat 1:8-11) - C. Penderitaan Penduduk Kota Itu
(Rat 1:12-22) - II. Murka Allah dan Kesedihan Yerusalem
(Rat 2:1-22) - A. Murka Allah Terhadap Sion
(Rat 2:1-9) - B. Penderitaan Berat Penduduk Yerusalem
(Rat 2:10-17) - C. Permohonan Nabi akan Belas Kasihan
(Rat 2:18-22) - III.Umat Allah yang Tersiksa dan Harapan Mereka
(Rat 3:1-66) - A. Seruan Keputusasaan
(Rat 3:1-18) - B. Pengakuan Adanya Pengharapan
(Rat 3:19-39) - C. Panggilan untuk Bertobat
(Rat 3:40-42) - D. Penderitaan Sang Nabi
(Rat 3:43-54) - E. Doa Sang Nabi
(Rat 3:55-66) - IV. Masa Lampau, Masa Kini dan Masa Depan Sion
(Rat 4:1-22) - A. Perbandingan Masa Lalu dan Masa Kini Sion
(Rat 4:1-12) - B. Penyebab Sion Dihancurkan
(Rat 4:13-20) - C. Hukuman bagi Edom dan Pemulihan Yehuda
(Rat 4:21-22) - V. Doa Memohon Pemulihan
(Rat 5:1-22) - A. Kebutuhan akan Pengampunan
(Rat 5:1-15) - B. Pengakuan Dosa
(Rat 5:16-18) - C. Permohonan untuk Pemulihan
(Rat 5:19-22)
Matthew Henry: Ratapan (Pendahuluan Kitab)
Karena apa yang dikatakan Salomo, meskipun bertentangan dengan pendapat dunia secara umum, pasti benar, bahwa bersedih lebih baik dari pada tert...
- Karena apa yang dikatakan Salomo, meskipun bertentangan dengan pendapat dunia secara umum, pasti benar, bahwa bersedih lebih baik dari pada tertawa, dan pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, maka alangkah baiknya jika kita membaca dan merenungkan pasal-pasal yang memilukan dari kitab ini, bukan hanya dengan rela hati, tetapi juga dengan harapan untuk membangun diri kita sendiri olehnya. Dan, supaya kita dapat melakukan ini, kita harus mempersiapkan diri kita supaya boleh turut bersedih dengan hati yang kudus dan ikut menangis bersama sang nabi yang menangis. Marilah kita renungkan,
- I. Judul kitab ini. Dalam bahasa Ibrani, kitab ini memiliki satu judul, tetapi disebut (seperti kitab-kitab Musa) berdasarkan kata yang pertama, Ecah GÇô Bagaimana. Tetapi para penafsir Yahudi menyebut judul tersebut, seperti orang-orang Yunani, dan kita mengikuti mereka, Kinoth GÇô Ratapan (-ratapan). Sama seperti kita mempunyai syair-syair atau nyanyian-nyanyian rohani yang mengungkapkan sukacita, demikian pula kita mempunyai sajak-sajak atau nyanyian-nyanyian rohani yang mengungkapkan ratapan. Sedemikian beragamnya cara-cara yang dipakai oleh sang Hikmat Tak Terbatas untuk bekerja pada diri kita dan menggugah perasaan-perasaan kita, supaya Ia bisa melembutkan hati kita dan menanamkan hati itu dengan kebenaran-kebenaran ilahi, seperti layaknya lilin meterai. Kami tidak hanya sudah meniup seruling bagimu, tetapi juga sudah menyanyikan kidung duka (Mat. 11:17).
- II. Penulis kitab ini. Penulisnya Yeremia sang nabi, yang di sini menjadi Yeremia sang penyair. Jadi ia nabi sekaligus penyair. Oleh karena itulah kitab ini pantas ditempatkan setelah kitab nubuatnya, dan seperti menjadi lampiran untuk nubuatnya itu. Dalam kitab nubuatnya kita sebagian besar mendapati nubuat-nubuat tentang kehancuran Yehuda dan Yerusalem, dan kemudian sejarah tentang keduanya, untuk menunjukkan betapa nubuat-nubuat itu digenapi dengan tepat, untuk meneguhkan iman kita. Sekarang dalam kitab ini kita mendapati ungkapan-ungkapan dukacita sang nabi atas peristiwa-peristiwa itu, untuk menunjukkan betapa ia sangat tulus dalam pernyataan-pernyataan yang sering kali dibuatnya bahwa ia tidak menginginkan hari celaka, tetapi bahwa, sebaliknya, penglihatan akan hari itu justru memenuhi dirinya dengan kepahitan. Ketika ia melihat malapetaka-malapetaka ini dari kejauhan, ia berharap sekiranya kepalanya penuh air dan matanya jadi pancuran air mata. Dan, ketika malapetaka-malapetaka itu datang, ia memperlihatkan bahwa ia tidak menutup-nutupi keinginan itu, dan bahwa ia sama sekali tidak membenci negerinya, yang merupakan kejahatan yang dituduhkan kepadanya oleh musuh-musuhnya. Negerinya sudah berlaku sangat jahat terhadapnya, dan kehancurannya merupakan bukti bahwa ia adalah nabi yang benar, dan sekaligus menjadi penghukuman terhadap mereka karena menganiaya dia yang dituduh sebagai nabi palsu. Bisa saja ia tergoda untuk bersorak-sorai atas kehancuran negeri itu, namun ia meratapinya dengan sedih. Dan dalam hal ini ia menunjukkan perangai yang lebih baik daripada perangai Yunus berkenaan dengan Niniwe.
- III. Terjadinya Ratapan-ratapan ini. Ratapan-ratapan ini timbul karena terjadinya kehancuran Yehuda dan Yerusalem oleh tentara Kasdim dan bubarnya pemerintahan Yahudi, baik masyarakat maupun jemaat, sebagai akibat kehancuran itu. Sebagian dari rabi-rabi beranggapan Ratapan-ratapan ini dituliskan Yeremia oleh karena kematian Yosia, yang disebutkan dalam 2 Tawarikh 35:25. Tetapi, meskipun benar bahwa kematian Yosia itu membukakan pintu bagi semua malapetaka yang mengikutinya, namun Ratapan-ratapan ini tampak dituliskan ketika Yeremia melihat langsung, dan bukan ketika ia mendapat penglihatan tentang, malapetaka-malapetaka itu. Jadi ratapan ditulis ketika malapetaka-malapetaka itu sudah datang, dan bukan ketika masih jauh. Dan dalam ratapan-ratapan ini tidak ada ditujukan sesuatu tentang Yosia, dan pujian terhadapnya, seperti yang pasti harus ada bila ratapan-ratapan itu memang untuk dia. Tidak, pemakaman Yerusalemlah yang menjadi pokok bahasan sajak ini. Sebagian rabi lain berpendapat bahwa Ratapan-ratapan ini termuat dalam gulungan kitab yang ditulis Barukh dari mulut Yeremia, dan yang dibakar Yoyakim. Dan mereka mengemukakan bahwa pada awalnya dalam kitab ini hanya ada pasal 1, 2, dan 4, tetapi bahwa dalam pasal 3 dan 5 ada banyak perkataan seperti itu yang kemudian ditambahkan. Tetapi pendapat ini hanyalah angan-angan yang tidak berdasar. Gulungan kitab itu dengan tegas dikatakan sebagai pengulangan dan ringkasan dari khotbah-khotbah sang nabi (Yer. 36:2).
- IV. Penyusunan ini. Penyusunannya tidak hanya bersifat puitis, tetapi juga menurut urutan abjad, semuanya kecuali pasal 5, seperti halnya beberapa mazmur Daud. Setiap ayat dimulai dengan huruf dalam urutan abjad Ibrani, pertama alef, kedua beth, dst. Tetapi pasal 3 adalah abjad rangkap tiga, tiga ayat pertama dimulai dengan alef, tiga ayat berikutnya dimulai dengan beth, dst. Hal ini membantu ingatan (karena lagu-lagu pendek yang memilukan ini dimaksudkan untuk dihafal) dan penulisannya elok menurut penilaian pada waktu itu, dan karena itu tidak boleh dipandang rendah sekarang. Mereka mencermati bahwa dalam pasal 2, 3, dan 4, huruf pe ditempatkan sebelum ain, yang dalam semua abjad Ibrani seharusnya ditempatkan sesudahnya. Untuk alasan itu, Dr. Lightfoot menawarkan dugaan ini, bahwa huruf ain, yang merupakan huruf bilangan untuk Septuaginta (LXX; Alkitab terjemahan bahasa Yunani GÇô pen.), dengan ditaruh di tempat yang salah seperti itu, menjadi menakjubkan, untuk mengingatkan mereka akan tujuh puluh tahun yang pada akhirnya Allah akan memulihkan pembuangan mereka.
- V. Kegunaannya. Kegunaanya sangat besar, tidak diragukan lagi, bagi orang-orang Yahudi yang saleh dalam penderitaan-penderitaan mereka. Kitab ini melengkapi mereka dengan bahasa rohani untuk mengungkapkan kesedihan alami mereka, membantu melestarikan ingatan yang tetap segar akan Sion di antara mereka, dan anak-anak mereka yang tidak pernah melihatnya, ketika mereka berada di Babel. Hal ini bisa mengarahkan air mata mereka kepada saluran yang tepat (sebab di sini mereka diajar untuk berduka atas dosa dan berduka kepada Allah). Bersamaan dengan itu, kitab ini mendorong harapan-harapan mereka bahwa Allah masih akan kembali dan berbelas kasihan terhadap mereka. Dan kitab ini berguna bagi kita, untuk membuat kita tergerak dengan dukacita menurut kehendak Allah atas malapetaka-malapetaka yang menimpa jemaat Allah, seperti yang sepatutnya dirasakan oleh orang-orang yang merupakan anggota-anggota jemaat Allah yang giat, dan yang menetapkan hati untuk ambil bagian bersama jemaat.
Jerusalem: Ratapan (Pendahuluan Kitab) RATAPAN
Kitab kecil Ratapan dalam Alkitab Ibrani termasuk Ketubim atau Hagiographa (Tulisan-tulisan). Dalam bagian Ketubim ini kitab Ratapan termasuk ...
RATAPAN
Kitab kecil Ratapan dalam Alkitab Ibrani termasuk Ketubim atau Hagiographa (Tulisan-tulisan). Dalam bagian Ketubim ini kitab Ratapan termasuk "lima gulungan" yaitu "megillot" yang dibacakan pada hari-hari Yahudi. Dalam Alkitab Yunani ddan Vulgata, kitab Ratapan menyusul kitab Yeremia dan diberi judul yang menunjukkan Yeremia sebagai pengarangnya. Tradisi yang menganggap Yeremia sebagai pengarang kitab Ratapan berlandaskan 2Taw 35;25 dan didukung isi sajak-sajak itu, yang memang bersesuaian dengan keadaan di zaman Yeremia. Namun tradisi ini tidak dapat dipertahankan. Yeremia, sejauh kita mengenalnya dari nubuat-nubuat yang pasti berasal dari padanya, tidak mungkin berkata, bahwa "nabi-nabi tidak menerima lagi wahyu", Yer 2:9. Tidak mungkin juga, bahwa Yeremia memuji Zedekia, Yer 4:20, atau mengharapkan bantuan dari Mesir, Yer 4:17. Bakat Yeremia yang sangat spontan sulit disesuaikan dengan gaya kitab Ratapan yang bercirikan bahasa kaum terpelajar. Empat sajak pertama kitab Ratapan digubah menurut abjad. Artinya: masing-masing bait mulai dengan salah satu huruf menurut urutannya dalam abjad. Bait kelima berjumlah tepat 22 ayat, yaitu sesuai dengan jumlah huruf abjad Ibrani.
Bab 1, 2 dan 4 kitab Ratapan termasuk jenis sastera lagu-lagu pengubahan. Bab 3 adalah sebuah lagu ratapan perorangan. Bab 5 adalah lagu ratapan umum. (Bab ini dalam bahasa Latin berjudul "Doa Yeremia"). Kitab Ratapan agaknya digubah di Palestina, sesudah kota Yeremia jatuh ke dalam tangan Nebukadnezar, pada thn. 587. Kitab ini kiranya seorang pengarang saja, yang mengungkapkan, rasa duka- cita kota Yerusalem serta penduduknya, dengan kota-kota yang sangat memilukan hati. Walaupun demikian sajak-sajak yang penuh kedukaan ini memancarkan suatu kepercayaan pada Allah yang tidak tergoyahkan serta rasa sesal hati yang mendalam. Kepercayaan dan rasa sesal hati itulah yang menjadikan kitab Ratapan berharga untuk segala zaman. Orang-orang Yahudi melagukan kitab Ratapan pada hari puasa (besar), yang memperingati kehancuran Bait Suci. Liturgi Gereja katolik memanfaatkan kitab ini dalam Pekan Suci yaitu di masa renungan mengenai drama yang pernah berlangsung di gunung Kalvari.
BARUKH
Kitab Barukh termasuk kitab-kitab deuterokanonika, yang tidak tercantum dalam Alkitab Ibrani. Alkitab Yunani (LXX) menempatkan kitab ini antara kitab Yeremia dan kitab Ratapan. Dalam terjemahan Latin, Vulgata, kitab Barukh menyusul kitab Ratapan. Menurut kata pendahuluan, Bar 1:1-14, kitab ini dikarang oleh Barukh, juru tulis nabi Yeremia, di Babel sesudah orang-orang Yahudi diangkat ke pembuangan Kitab ini dikirim ke kota Yerusalem untuk dibicarakan dalam upacara- upacara ibadat. Isi kitab Barukh terdiri atas: sebuah doa pengakuan dosa dan harapan Bar 1:15-3:8, sebuah sajak kebijaksanaan, Bar 3:9-4:4, di mana pengarang menyamakan Hikmat dengan hukum Taurat, dan sebuah nubuat, Bar 4:5- 5:9; dalam bagian terakhir ini Yerusalem dipribadikan dan berkata-kata kepada kaum buangan, sedangkan nabi memberi hati dengan mengingatkan zaman Mesias.
Kata pendahuluan kitab Barukh aslinya ditulis langsung dalam bahasa Yunani. Doa yang tercantum dalam Bar 1:15-3:8, yang mengembangkan doa yang terdapat dalam Dan 9:4-19, aslinya pasti dikarang dalam bahasa Ibrani. Mungkin sekali kedua bagian kitab Barukh berikut juga aslinya dikarang dalam bahasa yang sama. Seluruh kitab agaknya digubah di pertengahan abad ke-1 seb. Mas.
Dalam Alkitab Yunani (LXX) kitab Barukh dipisahkah dari kitab Surat Yeremia padahal Vulgata menyatukan Surat Yeremia dengan kitab Barukh, bab 6, dan memberi kepadanya judul tersendiri.
Surat Yeremia adalah suatu urauan yang menyerang pemujaan berhala. Dengan gaya bahasa yang dangkal pengarangnya menguraikan beberapa pokok yang sudah digarap dalam Yer 10:1-16 dan Yes 44:9-20. Pemujaan berhala yang diserang ialah yang lazim di negeri Babel di zaman agak belakangan. Surat Yeremia yang aslinya mungkin dikarang dalam bahasa Ibrani itu berasal dari zaman Yunani. Tetapi tanggal penyusunannya tidak dapat dipastikan lebih jauh. 2Mak 2:1-3 barangkali menyinggung tulisan itu.
Di Qumran ditemukan sebuah kepingan suatu naskah Yunani Surat Yeremia. Menurut ilmu paleografi kepingan itu berasal dari sekitar thn. 100 seb. Mas.
Nilai utama kumpulan tulisan-tulisan yang dihubungkan dengan Barukh itu ialah: ia memperkenalkan kepada kita kehidupan jemaat Yahudi di perantauan. Kita mendapat tahu, bahwa hidup keagamaan jemaat itu dipupuk oleh hubungan erat dengan kota Yerusalem oleh doa, rasa hormat keagamaan terhadap hukum Taurat, semangat balas dendam kepada musuh dan impian tentang zaman Mesias kelak. Bersama dengan kitab Ratapan tulisan-tulisan itu memberi kesaksian, bahwa diri Yeremia telah dikenang. Sebab kitab Ratapan dan kitab Barukh dihubungkan dengan Yeremia dan muridnya, Barukh. Diri Barukh masih lama dikenang juga. Sebab dalam abad ke-2 Mas. ada dua Apokalips yang dikatakan karangan Barukh, yang satu berbahasa Yunani dan yang lain berbahasa Siria (ada yang beberapa kepingan sebuah terjemahan Yunani).
Ende: Ratapan (Pendahuluan Kitab) RATAPAN
PENDAHULUAN
Untuk kitab sutji, jang terdjemahannja kami sadjikan ini, dipilih nama "Lagu2
Ratap", sebagai terdjemahan nama Latin "Lamentatione...
RATAPAN
PENDAHULUAN
Untuk kitab sutji, jang terdjemahannja kami sadjikan ini, dipilih nama "Lagu2 Ratap", sebagai terdjemahan nama Latin "Lamentationes" dan nama Junani "Threnoi". Dalam Kitab sutji Hibrani kitab itu tidak mempunjai nama sendiri dan disebut dengan kata permulaan teksnja, jaitu "ekah"(Aduh), seperti djuga kelima kitab Musa dinamakan menurut kata permulaannja. Namun demikianlah orang2 Jahudipun mengenal nama jang lain, jakni "Qinot", jang artinja djuga "Lagu Ratap". Tetapi nama ini kiranja dari waktu belakangan.
Namun "Lagu Ratap" itu dipilih karena dan sesuai sepenuhnja dengan isi kelima lagu, jang dikumpulkan dalam kitab tersebut. Sebab memang adalah "Lagu2 dukatjita", paling tidak dalam garis besarnja. Dewasa ini orangmembedakan 'lagu2 perkabungan' dan "lagu2 ratap". Dalam lagu perkabungan dilagukan kematian seseorang dan lagu2 matjam ini termasuk dalam upatjara penguburan. Didalamnja kebadjikan2 orang jang mati dipudji dan disesalkan kepergianja, jang dipandang sebagai achir jang definitif. Didalamnja tidak diutjapkan doa dan tidak terdengar harapan akan hidup lain yang lebih baik. Karena itu lagu2 perkabungan itu sedikit sekali atau se-kali2 tidak bertjorak keigamaan. Mula2 dimasudkan untuk orang2 tertentu, tetapi kemudian lagu2 perkabungan itu dialihkan kepada keruntuhan sesuatu bangsa atau kota, jang dengan sendirinja lalu diperorangkan. Kitab Sutji memelihara beberapa lagu perkabungan dari Israil djaman kuno (II Sjem. 1,18-17;3,33-34;JS 23,1-14;Jr 22,18). Nabi2 kadang menggunakan djenis kesusasteraan ini sebagai sindiran terhadap bangsa2 asing (Amos 5,2; Js. 14,4- 21; Jr.23,1-2; Jehesk. 26,15-16). Lagu2 ratap, entah perseorangan entah kolektif, mempunja tjorak lain. Didalam dilagukan malapetaka pribadi atau kolektif (sakit, kekalahan dalam perang dan sebagainja), dan lagu2 tersebut merupakan suatu doa kepada Allah didalam kesesakan. Dalam doa tersebut dikemukakan segala alasan, untuk mendesak Tuhan kepada belaskasihan dan pertolongan. Djadi, lagu2 tersebut mempunjai tjorak keigamaan jang lebih kuat daripada lagu2 perkabungan. Malapetaka, jang menimpa diri si penjanji (atau masjarakat), dilukiskan sedikit banjak setjara pandjang dengan rumus2 jang lazim. Karena itu sering sulitlah menentukan, dalam kesesakan mana si penjanji berada. Kitab Sutji, chususnja kitab mazmur, memelihara sedjumlah lagu2 ratap jang individuil dan kolektif. Dalam kitab "Lagu2 Ratap", kedua sastera itu bertjampur-aduk. Djelaslah, bahwa 1.2.4 adalah lagu perkabungan jangsesungguhnja tentang kehantjuran Jerusjalem, tetapi toh bertjampur dengan motif lagu ratap dan bertjorak keigamaan. Lagu 3 dan 5 lebih mirip lagu ratap, jang kolektif dalam 5 dan individuil dalam 3, walaupun dalam lagu 3 pun objeknja adalah suatu kolektivitas.
Kelima lagu kitab itu dituang dalam bentuk jang chas. Sebab semuanja lebih
kurang mengambil abdjad Hibrani sebagai dasar, walaupun masing2 agak lain
bentuknja. Lagu 1-4 adalah apa jang disebut acrosticon. Artinja sandjak itu
dibuat menurut abdjad begitu rupa, sehingga tiap2 bagian dimulai dengan huruf
berikutnja dalam abdjad. Lagu pertama dan kedua bersesuai dalam hal ini,
bahwasanja tiap2 bait terdiri atas tiga baris, dimulai dengan huruf berikutnja
dari abdjad, tetapi baris kedua dan ketiga dalam tiap2 bait dimulai dengan huruf
apapun. Perbedaan ketjil antara kedua lagu itu ialah bahwa urutan huruf abdjad
tidaklah sama, jakni 'ain-pe dan pe-'ain. Lagu keempat sama susunannja dengan
lagu kedua, tetapi dalam lagu keempat tiap2 huruf abdjad hanja mendapat dua
baris. Dalam lagu ketiga alfabetisme didjalankan palingdjauh. Sebab dalam lagu
ketiga bukan hanja tiap2 bait sadja dimulai dengan huruf berikutnja, tetapi
tiap2 baitpun mengulang huruf jang sama sampai tiga kali sebagai permulaan tiap2
baris. Dalam Kitab Sutji, chususnja dalam kitab mazmur
(9.10.25.34.37.111.112.119.145), tetapi djuga dalam kitab2 lainnja (
Dalam Kitab Sutji Hibrani Lagu2 ratap tertera dalam apa jang disebut "megillot", atau lima gulungan; jaitu tulisan2 ketjil (Rut, Ester, Pengch. Md.Ag.,Lg.Rt),jang dibatjakan pada perajaan2 tertentu didalam synagoga. Lagu2 Ratap diuntukkan hari puasa, guna memperingati djatuhnja Jerusjalem, tanggal 9 Ab (Agustus). Alasan liturgis itu agaknja alasan satu2nja jang sesungguhnja,jang menentukan tempatnja sekarang didalam kanon. Daripadanja tidak dapat ditarik kesimpulan satupun berkenaan dengan kitab itu sendiri. Dalam terdjemahan Junani dan Latin oleh karenanja djuga mendapat tempat jang berlainan sama sekali, jaitu dipertalikan dengan kitab Jeremia. Perbedaan jang tak begitu penting ialah, bahwa dalam terdjemahan Junani kitab itu terpisah dari kitab Jeremia oleh kitab Baruch, sednagkan dalam terdjemahan Latin tempatnja segera sesudah kitab Jeremia dan diikuti kitab Baruch tetapi gandingan antara Lagu2 Ratap dan Jeremia adalah begitu eratnja. sehingga pengarang2 Kristen Kuno sering mengutipnja dengan nama Jeremia sebagai sebagian dari kitabnja. Ada puloa saksi2 lama, jang mengatakan, bahwa kitab itu pada orang2 Jahudi mula2 termasuk pula dalam kitab Jeremia atau se-tidak2nja sangat erat gandingannja dengannja. Tempatnja jangsekarang didalam Kitab Sutji Hibrani agaknja bukan jang paling kuno.
Lama orang menerima begitu sadja, bahwa Jeremia adalah pengarang kitab itu. Baru
dalam abad ke 18 orang mulai menjangsikannja, kesangsian itu achirnja mendjadi
umum. Dalam naskah2 terdjemahan Junani kitab itu dengan tegas disebut dengan
nama Jeremia, sebagaimana djuga halnja dalam naskah2 terdjemahan Latin. namun
demikian, djudul kitab tersebut, walaupun dari djaman kuno dansuatu terdjemahan
dari bahasa Hibrani, tidak aseli djuga dalam terdjemahan Junani. Terdjemahan2
Kuno lainnja tidak mengenal djudul itu dan djuga dalam teks Latin Vulgata
tidaklah terdapat dalam sebuah naskah dari djaman kuno. Pengarang2 kuno umumnja
mengikuti tradisi tersebut. Tetapi tradisi itu agaknja melulu berdasarkan suatu
tafsir Jahudi mengenai IITwr. 35,25, dalam mana disebutkan, bahwa Jeremia
mengarang sebuah lagu ratap pada waktu gugurnja josjijahu dalam pertempuran di
Megido. Orang mempertalikan Lag.Rt.4,20 denganitu dan demikian timbullah
anggapan, bahwa Lagu2 Ratap ditulis oleh nabi Jeremia. Dasar anggapan tersebut
adalah sangat sempit dan pastilah tidak tjukup untuk membuktikan,bahwa Jeremia
sungguh pengarang kitab itu. Anggapan itu memang dapat dipahami Sebab Lagu2
ratap adalah sedjalan seluruhnja dengan nubuat2 Jeremia; dan apabila orng mesti
mentjari nama untuk kumpulan ta-bernama dari lagu2 sematjam itu, maka nama
Jeremia adalah serasi. Tetapi betapapun djua mudah dimengerti, namun dengan itu
bukti belumlah diberikan, dan oleh karenanja djuga tidak sedikitlah keberatan,
jangdikemukakan terhadap tradisi jang ber-abad2 lamanja itu. Ditundjukkanlah,
bahwa Kitab Sutji Hibrani tidak mengatakan kitab itu dari Jeremia asalnja, hal
mana tentunja akan terdjadji apabila ahli2 Jahudi, jang telah memberikan
urutannja jang sekarang mengetahui barang sedikit tentang hal itu. Tetapi
argumen itu tidak membuktikan banjak. Sebab djika menurut aselinja Lagu2 ratap
itu adalah sematjam lampiran pada kitab Jeremia dan baru kemudian terpisah
daripadanja karena alasan2 praktis, maka kiranja akan dipahami pula, bahwa ahli2
itu tidak memandang ahli2 itu tidak memandang perlu untuk menjebutkan dengan
tegas, bahwa lagu2 itu dari Jeremia asalnja. Mereka dapat memandang hal itu
sudah dikenal umum. Selandjutnja dikemukakan pula bahasa, jang digunakan dalam
kitab itu. bahasanja betul memperlihatkan suatu kemiripan dengan bahasa Jeremia,
tetapi sebaliknja djuga perbedaan jangmenjook dengan bahasa nabi tersebut,
diiringi dengan suatu kesamaan dengan bahasa Jeheskiel, dan menggunakan bagian
kedua Jesaja. Tambahan pula ada kesamaan dengan kitab2 lainnja dari Kitab Sutji
(3,6: Mzm 143,2-3,15: Ijob 9,19;3,17:Mam 88,15,3,37:Mzm 33,9; 1,10: Ul 23,3).
Dikemukakan pula pertentangan dalam hal gagasan antara Jeremia dan Lg.Rt.(4,20,
jang menjebutkan Sedekia tidaklah sesuai dengan pandangan Jeremia tentang radja
tersebut.Jr.22,13-38'37,17-18;dan 4,17 sukarlah ditjotjokkan dengan
Djika bukan jeremia pengarang kitab itu, siapakah gerangan pengarangnja? Ada ahli, jang mengatakan lagu2 itu dikarang oleh pelbagai pengarang jang anonim. Kata mereka, kesemunja itu dsatukan karena lagu2 itu memperbintangkan tjema jang sama, bukan karena sama pengarangnja. Argumen2 jang dikemukakan, tidak begitu mejakinkan. Karena itu ahli lain berpegang teguh pada satu pengarang. Argumen2 jangdikemukaan oleh para pendukung pendapat tersebut pada hemat kami lebih kuat daripada argumen2 dari pendapat pertama, jang mengira harus menerima panjair tersendiri untuk tiap2 lagu. Hanja mengenai lagu 1 dan lagu 5 kiranja harus diterima, bahwa itu ditulis oleh pengarang lain. Adapun sebabnja maka lagu pertama dipisahkan dari lagu2 lainnja terutama ialah bahwa dalam lagu pertama digunakan urutan lain mengenai huruf Hibrani. Lagu kelima berlainan tjorakknja dengan jang lain2 begitu rupa, sehingga sukarlah berasal dari penjair jang sama. Sebab lagu kelima lebih merupakan suatu doa liturgis daripada lagu ratap.
Oleh karena semu lagu itu dan tjaranja tehme itu diperbintjangkan, haruslah semuanja itu terdjadi sebelum achir pembuangan, sebelum th. 538. Sebab lagu2 itu mengenai kehantjuran Jerusjalem dankebinasaan baitullah; dan didalam kitab itu tidak terdapat tanda satupun, bahwa hal itu sudah lama lampau. Selandjutnja orangpun sependapat, bahwa lagu2 itu dikarang tidak lama sesudah kedjadian2 itu, djadi tidak lama sesudah 587. Hanja untuk lagu pertama oleh beberapa ahli diadakan keketjualian, sedjauh mereka berpendapat, bahwa lagu tersebut ditjiptakan sebelum perebutan Jerusjalem dalam tahun 587. Dalam lagu tersebut betul disebutkan tentang pembuangan,tapi tidak tentang kehantjuran Jerusjalem. Karena itu kata mereka lagu itu ditulis setelah deportasi setjara besar2an jang pertama dalam tahun 598 dan sebelum 587. Djuga lagu ketiga oleh beberapa ahli hendak ditanggalkan pada tahun jang lain jaitu kemudian daripada lagu 2,4 dan 5. Lagu tersebut kata mereka sangat samar2 dan umum tjoraknja, sehingga agaknja tidak mengingat kedjadian2 konkrit. Lagipula sangat tergantung dari beberapa mazmur (3,9:Mzm 142,3;3,17.55.56: Mzm 88,7.10.15'3,37: Mzm 33,9. Lagu itu baru kemudian ditambahkan kepada kumpulan lagu2 ratap jangsudah ada (lih. keterangan 3,1).
Sukarlah menentukan dimana lagu2 itu dikarang. Beberapa ahli mengira di Babel, sedangkan ahli2 lain mentjari tempat-tinggal si penjair di Mesir (Jeremia). Tetapi lebih mungkinlah tanah asal-usulnja ialah Palestina, jaitu di Jerusjalem sendiri. Sebab disitulah ibadah tetap dilangsungkan ditempat baitullah jang hantjur itu (Jr 41,5). Agaknja di Jerusjalem segera dikenal pula suatu perajaan chusu sebagai peringatan kepada djatuhnja Kota dan hantjurnja baitulah (Zak.7,3;8,17). Lagu ratap serasi sekali dengan liturgi sematjam itu, sehingga Jerusjalem paling besar kemungkinannja sebagai tempat asal-usul lagu2 itu.
Isi keigamaan Lagu2 Ratap memberikan nilainja jang chas dan tetap kepada kitab itu. Tidak dapat tidak njanjian2 jang monoton itu mengingatkan kepada bentjana jang terbesar, jang pernah menimpa umat Allah jang lama. Pemandangan jang menjuedihkan itu dilukiskan dengan pandjang lebar dan kadang2 sampai perkara ketjil jang mengerikan. Tetapi lagu2 itu tidak hanja sampai kesia sadja. Keruntuhan tersebut bukanlah pekerdjaan takdir jang tak dapat dielakkan, jang setjara buta menjerbukan diri kepada bangsa itu. Latarbelakang drama jang mengerikan itu ialah dosa, ketidak-setiaan umat kepada Allahnja (1,5.14.18;3,42;4,6;5,16). Dosa itulah jang dihukum oleh keadilan Allah, karena Allah kan "tidak dengan ichlas hati merendahkan dan merundung" (3,33). Bentjana tersebut adalah suatu pemaklum, baik dari dosa maupun dari keadilan Allah. Ia telah menaruh sedjarah akan kegunaan sifat tersebut. Bukannja salah seorang jang besar, melainkan Allah sendiri memimpin balatentara, jang membasmi Jerusjalem (1,5.12.15;2,1-8.17.22;,3,2-16.38;4,11.16;5,16.21). Bukan pula sesuatu individu sadjalah, jang membangkitkan murka Allah dengan dosanja, melainkan adalah seluruh bangsa, jang berbuat dosa(3,34-36;5,7.16). Namun demikian, malapetaka itu tidaklah dimaksudkan se-mata2 sebagai hukuman, tetapi djuga sebagai djalan untuk bertobat (3,23.40.41;5,22); dan pertobatan itu sendiri adalah suatu kurnia dari Allah jang baik (3,25), milik-pusaka Israil jang tetap (3,24). Karena itu, asal sadja ada keinsjafan telah berbuat dosa dan ada sesal, maka selalu ada harapan pada Allah jang rahim, baik dan mahakuasa. Lahu2 Ratap bukanlah tjontoh bagi keputus-asaan existensialistis, melainkan tjontoh kepertjajaan jang penuh harapan danpengharapan jang pertjaja akanhari depan (3,26-31).
Djika dibatja setjara demikianlah, maka lagu2 ratap itu tetap mempunjai artinja, djuga didalam Perdjadjian Baru. Didalam literatur Katolik lagu2 itu digunakan dalam Pekan Sutji, pada perajaan peringatan wafat Penebus. Inilah bentjana jang terbesar didalam sedjarah dunia; dan memang ada alasan untuk melambungkan lagu dukatjita karena manifestasi jang terhebat dari dosa dan pengadilan. Tetapi karena Allah jang mengadili, maka didalam bentjana terdapatlah bibit kebangkitan dan kehidupan, pendekatan antara Allah dan manusia. Dan djustru karena itulah lagu2 ratap dengan kepertjajaannja penuh harapan itu serasi sekali dengan upatjara2 peringatan akan wafatnja Penebus, jang membawa kehidupan kita. MempelaiNja (Geredja) dapat menjanjikan lagu2 sedih itu sebagai pernjataan tjintakasihnja, tetapi djuga sebagai -permakluman dosa dan pengadilan , jang djuga dikenal oleh mempelai tersebut; namun suatu pengadilan jang merupakan djalan kekebangkitan, ke Paska. djuga mempelai Kristus harus melalui derita sebagai hukuman jang adil, untuk dapat bersukatjita dalam Kehidupan itu.
TFTWMS: Ratapan (Pendahuluan Kitab) JERIT KEPRIHATINAN DALAM RATAPAN 4
Harga Dosa
Pasal 4 berisi rangkaian adegan yang menunjukkan malapetaka yang telah menimpa Yehuda (4:1-10). Kita ...
JERIT KEPRIHATINAN DALAM RATAPAN 4
Harga Dosa
Pasal 4 berisi rangkaian adegan yang menunjukkan malapetaka yang telah menimpa Yehuda (4:1-10). Kita melihat penyebab malapetaka itu (4:11-16) dan ringkasan tentang kehancuran totalnya (4:17-20), disertai dengan secercah harapan (4:21, 22). Bangsa ini diratapi oleh nabi itu (4:1-10), diejek oleh bangsa lain (4:12, 21, 22), dan ditolak oleh Tuhan (4:11, 16). Adegan awal adalah adegan tentang kekejaman yang membedakan antara bagaimana umat Allah itu sebelumnya dan bagaimana mereka setelahnya. (Lihat bagan di bawah dalam pelajaran ini.)
Dalam bahasa Ibrani, ayat 1 sampai 6 membentuk unit yang menyajikan perbedaan-perbedaan tertentu, ditambah dengan penyebab kehancuran Yehuda (4:6). Ayat 7 melalui 10 menghadirkan lebih banyak perbedaan, dan pengingat tentang penyebab yang diberikan dalam ayat 11.1
TFTWMS: Ratapan (Pendahuluan Kitab) Belajar Dari Ratapan 4(Ratapan 4)
"Semua Sudah Berbuat Dosa"
Pasal ini adalah bukti bahwa dosa tidak membedakan orang. Di sini kita temuka...
Belajar Dari Ratapan 4(Ratapan 4)
"Semua Sudah Berbuat Dosa"
Pasal ini adalah bukti bahwa dosa tidak membedakan orang. Di sini kita temukan sebuah demonstrasi yang mencolok tentang prinsip dalam 1 Korintus 10:12: "Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!"
Beragam ungkapan mengidentifikasi suatu kaum yang istimewa dengan sifat-sifat yang terpuji yang lalu berubah, mengalami kemunduran, menjadi makhluk duniawi yang Allah harus tolak. Setiap ukuran keberhasilan manusia atau ilahi dikaitkan kepada mereka: "anak-anak Sion yang berharga" (4:2); "[Mereka] yang biasa makan yang sedap-sedap … yang biasa duduk di atas bantal kirmizi" (4:5); "Pemimpin-pemimpin lebih bersih dari salju" (4:7); "wanita yang lemah lembut" (4:10); "Orang yang diurapi TUHAN" (4:20). Secara lahiriah, jiwa-jiwa yang elok dan stabil itu sepertinya tidak mungkin goyah. Meski begitu, kota mereka yang mulia menjadi seperti ciri-ciri khas mereka yang busuk dan hancur. Betapa dramatisnya kejatuhan mereka itu! Kebodohan atas pengetahuan sejati tentang Allah mendorong secara cepat dan berbahaya perjalanan menuju segala jenis dosa (lihat Hosea 4:6). Kejahatan mereka "melebihi dosa Sodom" (4:6). Perhatikanlah ungkapan yang menggambarkan hukuman ilahi terhadap mereka dalam 4:10 dan 14b-15a. Allah menuntaskan hukuman atas kejahatan mereka (4:22).
Kehancuran yang menimpa Yehuda ini "oleh sebab dosa nabi-nabinya dan kedurjanaan imam-imamnya" (4:13). Sejarah telah menyatakan—dan pasal ini mengilustrasikan—betapa memalukan dan menyedihkan orang-orang pilihan Allah tenggelam ke dalam jamban dosa. Secara berkala, setiap orang perlu diingatkan bahwa "semua telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah" (Roma 3:23); "Upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita" (Roma 6:23). Yesus mati untuk semua orang karena semua orang butuh Juruselamat (2 Corinthians 5:14, 15). Sebagian besar dari segenap generasi itu sesat, entah melalui kematian atau dalam penawanan, sebelum umat Allah itu menyadari kebutuhan mereka untuk bertobat dan kembali kepada Allah. (Lihat Yeremia 29:10-14; 50:18-20). Mendengarkan para nabi palsu dan imam-imam merupakan faktor utama kejatuhan mereka. (Lihat 1 Yohanes 4:1; 2 Petrus 2:1-9; Kisah 17:10, 11.) Dengan cara ini, yang terbaik dapat menjadi buruk dan orang benar dapat hancur! Siapakah instruktur agamamu? Ukurlah ajaran manusia dengan pesan dari Gurunya (Yohanes 8:31, 32; 2 Yohanes 9; Roma 3:4).
Orang Benar Dapat Jatuh
Pasal 4 juga merupakan argumen yang kuat untuk melawan doktrin palsu tentang "sekali selamat, selalu selamat." Ungkapan yang baik yang diberikan sebelumnya tentang orang-orang Yehuda yang dikuduskan yang "lebih murni daripada salju" dan "lebih putih daripada susu" (4:7; NASB) membuktikan bahwa dahulu mereka pernah direstui dan bersatu dengan Allah. Namun begitu, mereka jatuh sehingga penampilan mereka "lebih hitam daripada jelaga" (4:8) dan Allah tidak akan "lagi menganggap mereka." "Kehadiran Allah … mencerai-beraikan mereka" (4:16; NASB). Allah beraksi menentang mereka sampai hukuman atas kejahatan mereka selesai (4:22).
Orang-orang yang baik, saleh dapat jatuh dari kasih karunia Allah adalah prinsip yang diajarkan baik dalam perjanjian lama maupun baru. Paulus memperingatkan saudara-saudaranya di Galatia 5:4, "Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia." Yang sangat penting adalah bahwa orang harus bersama Kristus sebelum ia dapat dipisahkan dari Kristus, dan orang harus berada dalam kasih karunia Allah sebelum ia dapat jatuh dari kasih karunia. Sesungguhnya, memang mungkin bagi orang yang berada dalam kasih karunia untuk jatuh ke titik di mana tidak mungkin untuk memperbaharui jiwanya untuk kembali bertobat (lihat Ibrani 6:4-6). Ratapan 4 adalah pengingat yang sungguh-sungguh bahwa orang baik dapat menjadi buruk dan jiwa yang selamat dapat sesat. Sudahkah Anda melentasi, atau apakah Anda sedang melintasi, jalan itu?
Kejatuhan Orang Lain Harus Mendorong Pengujian Diri, Bukan Bersukacita
Prinsip penting lainnya disajikan oleh sikap Edom di akhir pasal 4. Sukacita atas pembalasan dendam yang dilakukan kepada orang lain bukanlah bukti adanya kemurnian atau keamanan pribadi pada diri kita! Respons Edom terhadap jatuhnya Yehuda adalah watak yang berbahaya (4:21, 22). Edom bergirang hati terhadap kejatuhan Yehuda, mengabaikan sepenuhnya bahaya dari murka Allah yang akan dicurahkan ke atas mereka ketika Allah akan mengekspos dosa-dosa mereka (4:22b).
Betapa cepatnya orang melihat dosa orang lain, dan bahkan bersukacita "ketika mereka mengalami apa yang sedang menimpa mereka," sementara mengabaikan kelemahan atau ketidaktaatan mereka sendiri! Biasanya saat kita mengarahkan jari ke orang lain, ada tiga jari yang menunjuk kepada diri kita! Paulus memperingatkan, "Jadi, bagaimanakah engkau yang mengajar orang lain, tidakkah engkau mengajar dirimu sendiri? Engkau yang mengajar: 'Jangan mencuri,' mengapa engkau sendiri mencuri?" (Roma 2: 21-23). Yesus berkata, "Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.… Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu" (Matius 7:2-5). Dalam pelajaran agung Kristus tentang dua anak laki-laki dalam Lukas 15:11-32, yang lebih muda banyak berbuat dosa, namun menyadari dosanya dan dengan menyesal meminta pengampunan. Kakak laki-lakiya secara menghakimi menolak untuk memaafkan dan tanpa disadari menjadikan dirinya bersalah. (Lihat Matius 6:14, 15.) Pernahkah Anda cenderung untuk bertindak seperti Edom? Apakah Anda menolong untuk menyelamatkan orang lain, atau apakah Anda berdiri di samping dan secara munafik bersukacita saat mereka jatuh? (Baca Lukas 18:9-14).
TFTWMS: Ratapan (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Perhatikanlah preposisi "untuk," di awal ayat 6, dan "karena," dalam ayat 10.
2 John Guest mempertimbangkan ...
Catatan Akhir:
- 1 Perhatikanlah preposisi "untuk," di awal ayat 6, dan "karena," dalam ayat 10.
- 2 John Guest mempertimbangkan bagaimana Yeremia akan mengamati adegan ini: "Ia memandangi masing-masing batu itu, yang telah dipahat secara hati-hati, yang dengan sangat brilian dipasang bersama-sama, sekarang direnggut dari posisinya dan jatuh berserakan di jalan-jalan Yerusalem seolah-olah mereka itu potongan-potongan acak yang tidak punya arti. Oa sedih melihat mereka tidak pada tempatnya, tidak lagi menyatu bersama untuk kemuliaan Allah" (John Guest, Jeremiah, Lamentations, The Communicator's Commentary, ed. Lloyd J. Ogilvie [Waco, Tex.: Word Books, 1988], 381).
- 3 Ibr.: shaphak-"mencurahkan … bumi, untuk membentuk gundukan tanah … gundukan (dalam pengepungan), = membuat dengan menuangkan (tanah ...) … Yer. 6: 6; Yeh. 4:2; 26:8 … mencurahkan murka … Yer. 6:11 … Rat. 2:4 … Rat. 4:11 . . . mencurahkan isi hati seseorang … Rat. 2:19 … Maz. 22:15, aku dicurahkan seperti air (tidak berdaya dan tak berdaya) … Rat. 4:1, [kiasan] tentang pembantaian … Rat. 2:12" (Francis Brown, S. R. Driver, and Charles A. Briggs, A Hebrew and English Lexicon of the Old Testament [London: Oxford, Clarendon Press, 1972], 1049-50).
- 4 John Guest menawarkan sebuah survei yang menyeluruh tentang pemandangan bernoda ini, ditambah tokoh-tokoh yang disajikan di bagian lain pasal ini: "Bait Suci tidak lagi berkilau di bawah sinar matahari. Masa keemasannya telah berubah menjadi jalan-jalan yang suram di mana batu-batu bait suci itu telah runtuh dan semua hal yang cemerlang tentang Allah telah menjadi murah dan umum. Anak-anak Sion tidak lagi berharga, tidak lagi menyatu dengan kuat sebagai batu hidup dari rumah rohani. Puteri-puteri [Sion] juga telah kehilangan kemuliaan mereka, telah menjadi kurang daripada manusia. Mereka memakan bayi-bayi mereka yang sekarat untuk bertahan hidup" (Tamu, 351).
- 5 Heb.: 'akzar-Ini adalah istilah yang berhubungan dengan kekerasan, kekejaman, kekasaran, bahkan kebiadaban dalam perilaku (lihat Yesaya 13:9; Yeremia 30:14; Amsal 5:9; 17:11; Ayub 30:21) (Brown, Driver, Briggs, 470; Samuel Prideaux Tregelles, Gesenius' Hebrew and Chaldee Lexicon [Plymouth: N.p., 1857; reprint, Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1967], 42).
- 6 Theo. Laetsch, Bible Commentary, Jeremiah (St. Louis: Concordia Publishing House, 1965), 397.
- 7 Ibr.: 'ashpoth- "… tumpukan kotoran … (Neh 3:13) … 'gerbang kotoran Yerusalem. [Secara kiasan] digunakan tentang kemiskinan yang ekstrem dan jorok; 1 Sam. 2: 8 … Rat. 4:5, 'mereka terbarik di timbunan sampah,' yaitu mereka terbaring dalam kotoran … tumpukan kotoran di ladang" (Tregelles, 87). Saya teringat India, di mana saya melihat wanita memunguti kotoran dan membentuknya menjadi semacam kue untuk dijadikan bahan bakar.
- 8 Ibr.: chattath-"… dosa … Rat. 4:6, 22; Yeh. 16:51 … Yeh. 33:10, 16; Amos 5:12 … hidup dalam dosa, 1 Raja 16:19, 26, 31 … menyatu dengan dosa, 2 Raja 3:3 … Rat. 4:13 … kesalahan karena dosa … Bil. 32:23 … Yeh. 18:24 … dosa (kesalahan) Yehuda terukir pada loh hati mereka dan pada tanduk-tanduk mezbahmu, Yer. 17:1 "(Brown, Driver, Briggs, 308-9).
- 9 Ibr.: 'adam-"… bersikap adil, ganteng … Rat. 4:7…. Keadaan putih dan kemerah-merahan masuk ke dalam gambaran tentang kecantikan masa muda … dicelup merah, Nah. 2:4 … menjadi merah (seperti anggur dalam cawan), berkilau, Ams. 23:31 … seorang laki-laki (yaitu orang yang secara tegas, layak untuk nama itu) "(Tregelles, 13).
- 10 Ibr.:peniyyim-batu nilam (Brown, Driver, Briggs, 819).
- 11 Ibr.: nakar-"… Rat. 4:8, mereka tidak dikenali…. menganggap, mengamati, [terutama] dengan maksud untuk mengenali … memperhatikan … Yer. 24:5 … memandang dari jauh … Ayub 2:12 … mengakui dengan hormat, Yes. 61:9 … dikenali … Ayub 7:10" (Ibid., 647-48).
- 12 Ibr.: daqar (Ibid., 201).
- 13 Ibr.: rachman-Di sini adalah istilah yang hanya ditemukan dalam Ratapan 4:10, tetapi itu muncul dari akar dasar, racham, yang berulang kali diterjemahkan sebagai "rahmat," "belas kasihan," "kasihan," dan "kasih" (Mazmur 18:2; 103:13; Yeremia 12:15; 31:20; 33:26) (Ibid, 933).
- 14 Ibr.: 'akal-lihat definisi yang diberikan dalam diskusi di halaman 2 dalam pelajaran "Dihancurkan Oleh Sang Pencipta." "… Pkh. 4:5 (yaitu menyusut) … [figuratif] = menghancurkan, Ula. 7:16 … memakan, menelan … Yer. 50:7, 17; 51:34 … memakan habis, Amos 1:4, 7, 10, 12, 14 … seperti api (dalam penghakiman), Ula. 4:24 … tentang memakann habis negeri itu … Yer. 8:16 … ditelan api … Zef. 1:18; 3:8 … Yeh. 23:25" (Ibid., 37-38).
- 15 Ibr.: ga'al-lihat definisi yang diberikan dalam catatan kaki 16 dalam pelajaran "Jeritan Nabi-Wawasannya." "… menjadi najis, tangan berlumuran darah … Yes. 59:3 … Rat. 4:14 … Zef. 3:1 … Mal. 1:7, mencemari, menodai … Ezra 2:62 = Neh. 7:64 … mereka ditahbiskan untuk jabatan imam … Yes. 63:3 … Aku telah mencemari, yaitu menodai, semua pakaianku" (Ibid., 146).
- 16 Ibr.: nua'-"goyah … Yes. 7:2; bergoyang, bergetar … berayun (ke sana ke mari) … terhuyung-huyung seperti pemabuk, Maz. 107:27 … karenanya menjadi tidak stabil … gemetar … Yes. 19:1 … terhuyung-huyung (pingsan dan tidak pasti), Rat. 4:14; 5:15 … Amos 8:12 … Amos 4:8 … gelandangan … Amos 9:9, dilemparkan (tentang jagung) dalam saringan" (Ibid., 631).
- 17 Ibr.: chalaq-"… membagi, menentukan, dekrit … menetapkan, mendistribusikan … tentang orang, dibagi menjadi dua bagian, 1 Raja 16:21 … tersebar … Kej. 49:7 … Rat. 4:16 … Amos 7:17" (Ibid., 323-24).
- 18 Ibr.: chanan-Istilah ini, ketika digabung dengan "tidak," menunjukkan tidak ada kerinduan untuk, tidak ada rahmat, tidak ada belas kasihan, tidak ada rasa kasihan (Ibid., 335-36).
Pengarang: Dayton Keesee
Hak Cipta © 2018 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 16
BIS: Ratapan (Pendahuluan Kitab) RATAPAN
PENGANTAR
Buku Ratapan terdiri dari lima syair yang meratapi jatuhnya Yerusalem ke
tangan tentara Babel pada tahun 586 Sebelum Masehi, dan k
RATAPAN
PENGANTAR
Buku Ratapan terdiri dari lima syair yang meratapi jatuhnya Yerusalem ke tangan tentara Babel pada tahun 586 Sebelum Masehi, dan kehancuran serta masa pembuangan sesudah itu.
Walaupun kitab ini pada umumnya bernada sedih, namun di dalamnya tampak juga segi kepercayaan kepada Allah dan harapan akan masa depan yang cerah. Syair-syair ini digunakan oleh orang Yahudi dalam ibadah mereka pada hari-hari khusus untuk berpuasa dan berkabung. Hari-hari khusus seperti itu diadakan setiap tahun untuk mengenang malapetaka yang menimpa bangsa itu pada tahun 586 Sebelum Masehi.
Isi
- Penderitaan Yerusalem
Rat 1:1-22 - Hukuman kepada Yerusalem
Rat 2:1-22 - Hukuman dan harapan
Rat 3:1-66 - Yerusalem runtuh
Rat 4:1-22 - Doa mohon belas kasihan
Rat 5:1-22
Ajaran: Ratapan (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengetahui isi Kitab Ratapan, anggota jemaat mengerti bahwa
kehancuran kota Yerusalem adalah akibat dosa-dosa bangsa Israel, se
Tujuan
Supaya dengan mengetahui isi Kitab Ratapan, anggota jemaat mengerti bahwa kehancuran kota Yerusalem adalah akibat dosa-dosa bangsa Israel, sehingga anggota jemaat juga mengetahui bahwa Allah menghukum dunia karena dosa-dosa manusia.
Pendahuluan
Penulis : Nabi Yeremia.
Isi Kitab: Kitab Ratapan terbagi atas 5 pasal. Dan bersifat seruan hati dan getaran perasaan nabi Yeremia atas kehancuran Yerusalem.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Ratapan
Pasal 1 (Rat 1:1-22).
Yeremia menangisi keadaan Yerusalem yang dihancurkan Bacalah pasal Rat 1:16-22. Apa sebab Yeremia menangis?
Pasal 2 (Rat 2:1-22).
Yeremia dalam tangisnya menyatakan bahwa kerusakan dan kesukaran Yerusalem, merupakan pernyataan daripada murka Allah
Pendalaman
Apakah sebab Yerusalem dihukum Allah? (pasal Rat 2:14).
Pasal 3 (Rat 3:1-66).
Yeremia menunjukkan perasaannya dengan menangisi segala kesukaran dan penderitaan bangsanya
Pendalaman
Apakah yang dilakukan Yeremia ketika melihat keadaan bangsanya? (pasal Rat 3:49-51).
Pasal 4 (Rat 4:1-22).
Yeremia dalam tangisnya menceritakan bahwa semua penderitaan dan kesukaran yang terjadi adalah akibat dari perbuatan-perbuatan dosa bangsa Israel
Pendalaman Apakah kesalahan bangsa Israel? (pasal Rat 4:6).
Pasal 5 (Rat 5:1-22).
Yeremia dalam tangisnya memohonkan doa pada Allah untuk memulihkan kembali keadaan bangsa Israel
Pendalaman
Bacalah pasal Rat 5:16-22.
II. Kesimpulan/penerapan
Kitab Yeremia mengajarkan bahwa Yeremia merasakan kesedihan akan keadaan bangsanya, karena dosa-dosa mereka. Hal ini juga mengajarkan agar setiap orang Kristen mempunyai beban akan bangsanya yang belum mengenal Tuhan Yesus.
Kehancuran kota Yerusalem merupakan pernyataan penghukuman Allah atas dosa bangsa Israel. Dengan demikian berarti Allah juga pasti menghukum anak-anak-Nya yang berbuat dosa.
Dalam keadaan yang penuh penderitaan Yeremia berdoa untuk memohonkan pertolongan dari Allah. Demikian pulalah hendaknya setiap orang percaya memohon pertolongan Allah, ketika mengalami penderitaan.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Ratapan?
- Apakah isi Kitab Ratapan?
- Mengapakah Kitab ini dikatakan sebagai Kitab Ratapan?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara dapatkan setelah mempelajari Kita Ratapan?
Intisari: Ratapan (Pendahuluan Kitab) Kota yang sedang berduka
JUDULKitab ini tidak mempunyai judul dalam kitab Perjanjian Lama Ibrani, tetapi dikenal dengan kata pertamanya, yaitu "How".
Kota yang sedang berduka
JUDUL
Kitab ini tidak mempunyai judul dalam kitab Perjanjian Lama Ibrani, tetapi dikenal dengan kata pertamanya, yaitu "How". Judul "Nyanyian pemakaman" atau "Ratapan" diberikan oleh rabi-rabi bangsa Yahudi yang mula-mula.
PENULIS
Penulisnya tidak dikenal. Kitab ini ditempatkan sesudah Yeremia dalam Septuaginta, kemungkinan besar hal ini disebabkan oleh hubungan sejarah kedua kitab tersebut. Pandangan penulis terhadap raja yang bertakhta pada masa itu (Rat 4:20) dan mengenai ketergantungan kepada bangsa-bangsa lain berbeda dari pandangan Yeremia. Tetapi, penulis dan Yeremia (yang dijuluki "nabi cengeng") mempunyai temperamen yang serupa, dan keduanya melihat penghakiman Tuhan di balik tragedi yang mereka tulis (lihat Rat 2:1-8). Jika kitab ini merupakan suatu kesatuan, sudah hampir pasti bahwa penulisnya hidup pada zaman yang sama dengan Yeremia.
WAKTU
Penentuan waktu penulisan secara tepat tergantung kepada apakah karangan ini ditulis oleh seorang atau beberapa penulis. Pendapat yang masuk akal ialah bahwa pasal Rat 1-4 ditulis oleh seorang saksi mata pada waktu jatuhnya Yerusalem dan pemulaan masa Pembuangan (yaitu tahun 587 SM), dan bahwa pasal Rat 5 ditambahkan pada tahun 550 SM waktu mereka sudah menjalani masa Pembuangan untuk beberapa waktu.
BENTUK
Kitab ini merupakan suatu koleksi puisi yang tersusun rapi, sebagian besar ditulis dalam bentuk "nyanyian pemakaman" -- kecuali pasal Rat 5. Pasal Rat 1-4 merupakan puisi "akrostik", setiap baik berikutnya dimulai dengan sebuah huruf dari alfabet Ibrani secara beraturan. (Terdapat sedikit pengecualian terhadap aturan ini dan pasal Rat 3 merupakan puisi akrostik yang lebih lengkap). Boleh jadi pola ini sebagian dimaksudkan untuk memudahkan penghafalan dalam tata ibadah.
LATAR BELAKANG DAN TUJUAN
2Ra 25:8-12 harus dibaca sebagai latar belakang kisah Kitab Ratapan. Pembuangan merupakan suatu kejadian yang luar biasa dalam sejarah kaum Yehuda, dan merupakan salah satu pengaruh terbesar dalam mengembangkan pengertian mereka tentang Allah. Kejatuhan Yerusalem yang menghancurkan dalam tahun 587 SM menuntut penjelasan dan inilah yang diberikan oleh si penulis. Sebagian besar dari tanda-tanda yang kelihatan mengenai pilihan Tuhan atas Yehuda sudah dihancurkan (kota, Bait Allah, kebaktian-kebaktian dll.). Dengan berani penulis menghadapi kenyataan pahit dari dosa orang Yeuda, dan maksud Allah yang terssembunyi daalam pemurnian melalui penghakiman. Jawaban atas pertanyaan (yang sering diajukan oleh mereka yang berada dalam pencobaan) "Di manakah Tuhan?", dijawab oleh penulis dengan tantangan yang berarti dalam, yaitu: "Cobalah untuk mengerti apa yang sedang dikerjakan oleh Tuhan".
Pesan
1. Masa lalu yang penuh kemasyhuran, masa kini yang menyedihkano Kejayaan ... kesengsaraan Rat 3:18,19
o Kekayaan ... kemiskinan Rat 4:5
o Sukacita ... kedukaan Rat 5:15
2. Penyebab kesusahan
o Pemberontakan Yehuda terhadap Tuhan. Rat 1:20; 4:6
o Pemimpin-pemimpin mereka yang tak bertanggung jawab. Rat 2:14; 4:13
o Murka Allah yang tak dapat dihindari. Rat 2:21, 22; 4:11
o Pemberontakan terhadap kebenaran Tuhan. Rat 1:18
3. Jenis kesusahan
o Kelaparan dan kematian. Rat 1:11; 2:21
o Hancurnya kota dan Bait Allah. Rat 1:4; 2:6,7
o Hilangnya raja-raja dan pangeran. Rat 4:7, 8,20
o Pecahnya hidup bermasyarakat. Rat 5:1-5
o Penghinaan dari musuh. Rat 2:15,16
o Pengucilan. Rat 1:12,16,21
o Dipisahkan dari Tuhan. Rat 2:9; 3:8,44
4. Reaksi terhadap kesusahan
o Keinginan untuk membalas. Rat 3:64-66
o Keluhan kepada Tuhan. Rat 2:13,20
o Perasaan tertekan. Rat 3:20
o Pengakuan Allah sebagai hakim. Rat 3:1-3,38
o Pengakuan dosa. Rat 1:8; 5:17
o Pembaruan doa kepada Allah. Rat 1:9,20; 5:21
o Sikap sabar dalam ketaatan. Rat 3:26-30,39
5. Dasar pengharapan
o Kendali Tuhan atas nasib manusia. Rat 2:17; 3:37
o Hukum Tuhan yang abadi. Rat 5:19
o Keengganan Tuhan untuk menghukum. Rat 3:33
o Kasih dan belas kasihan Tuhan. Rat 3:22-25
6. Berita pengharapan
o Akhir pembuangan. Rat 4:22
o Penghakiman atas musuh-musuh bangsa Yehuda. Rat 4:21,22
o Kasih Tuhan yang tak kunjung padam. Rat 3:21
Penerapan
o Musibah disebabkan oleh keinginan manusia untuk berbuat dosa, bukan karena keengganan Tuhan untuk menyelamatkan.o Musibah dapat membuat putus asa, atau memperdalam kepercayaan kepada Tuhan sehingga cukup untuk memampukan kita dalam menghadapi penderitaan.
o Manakala tembok kehidupan kita mulai menunjukkan tanda-tanda keruntuhan, kita dapat menambal keretakan itu atau menolong Allah untuk membangun kembali tembok.
o Tuhan seringkali mengangkat tanda-tanda kemurahan-Nya, sehingga iman dan kerinduan kita dapat berakar teguh di dalam Dia, tidak dalam lambang-lambang kehadiran-Nya.
o "Saya telah berdosa" boleh jadi merupakan kata-kata yang paling sukar dalam perbendaharaan kata seorang percaya; kata-kata itu juga merupakan yang paling kreatif.
o Tuhan tidak senang mendisiplin umat-Nya, tetapi disiplin untuk kebaikan merupakan satu aspek dalam hubungan orang tua dan anak.
o Kasih Tuhan akan mengalahkan semua penolakan kita kepada-Nya. Dia menunggu dan bekerja untuk mengembalikan kita kepada-Nya.
Tema-tema Kunci
1. Kejujuran dan harapan dalam penderitaan
Perhatikan bagaimana penulis secara terbuka dan jujur menggambarkan kesusahannya, kesepiannya, kesepian dan kedukaannya dll. (terutama dalam pasal Rat 3). "Pasal penghubung" antara keputusasaaan dan pengharapan terdapat pada pasal Rat 3:19-24. Cobalah untuk menafsirkan pasal ini dengan bahasa yang Anda mengerti.
2. Bagaimana penulis mengindentifikasikan dirinya dengan umat
Hal ini jelas terlihat dalam kitab ini (misalnya Rat 2:11; 3:48-51) dan merupakan ciri-ciri yang sering terlihat daalam tulisan para nabi. Lihat, misalnya Amos 7:1,2; Yesaya 6:5; Yeremia 8:21,22. Bagaimana Yesus menunjukkan keprihatinannya terhadap umat yang hidup pada zaman-Nya dan kepada kita? Lihat Matius 23:27; Markus 10:45, Filipi 2:6-8; Ibrani 2:14-18.
3. Imbauan penulis kepada Allah
Imbauannya terdapat dalam: misalnya Rat 1:9, 11,22; 2:20; 3:56,64,66; 5:1,21. Dia memohon kepada Allah untuk bertindak dalam berbagai cara. Pelajaran apa yang dapat kita tarik dari masing-masing himbauan tentang jalan pikiran dan pandangan penulis mengenai Allah?
4. Campur tangan Allah dalam mengembalikan manusia kepada-Nya
Rat 5:21 dengan jelas menunjukkan hal ini. Pelajari juga Mazmur 85:4; Yeremia 31:18; Kisah 11:8; Roma 2:4. Dapatkah Anda menemukan ayat-ayat yang menekankan tentang tanggung jawab manusia untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan? Bandingkan ayat-ayat dalam Ratapan dengan Mazmur 119:59; Yesaya 55:6-9.
Garis Besar Intisari: Ratapan (Pendahuluan Kitab) [1] RATAPAN ORANG BERKABUNG Rat 1:1-22
Rat 1:1-7Kesunyian suasana duka
Rat 1:8-11Nasib kota yang penuh dosa
Rat 1:12-20Saat murka Allah yang besa
[1] RATAPAN ORANG BERKABUNG Rat 1:1-22
Rat 1:1-7 | Kesunyian suasana duka |
Rat 1:8-11 | Nasib kota yang penuh dosa |
Rat 1:12-20 | Saat murka Allah yang besar |
Rat 1:21-22 | Doa untuk pembalasan |
[2] ALLAH MELAWAN UMATNYA Rat 2:1-22
Rat 2:1-9 | Allah, perusak yang sedang murka |
Rat 2:10-13 | Keputusan orang yang tak berdaya |
Rat 2:14-17 | Penghinaan musuh |
Rat 2:18-22 | Permohonan pertolongan yang amat sangat |
[3] RATAPAN PRIBADI DAN DOA Rat 3:1-66
Rat 3:1-20 | Allah, penyebab penderitaan |
Rat 3:21-39 | Kepercayaan pada kebaikan Allah |
Rat 3:40-42 | Panggilan untuk bertobat |
Rat 3:43-54 | Akibat dosa |
Rat 3:55-60 | Kepercayaan pada keadilan Allah |
Rat 3:61-66 | Doa untuk pembalasan |
[4] YERUSALEM: DAHULU DAN SEKARANG Rat 4:1-22
Rat 4:1-12 | Kebesaran masa lalu, aib masa kini |
Rat 4:13-20 | Penghakiman atas para imam dan nabi |
Rat 4:21-22 | Pembalasan atas Edom |
[5] DOA TERPADU MEMOHON PERTOLONGAN Rat 5:1-22
Rat 5:1-9 | Bangsa tertindas |
Rat 5:10-14 | Tidak ada pengecualian |
Rat 5:15-18 | Sakitnya berada dalam keputusasaan |
Rat 5:19-22 | Doa untuk pemulihan |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi